LITERATURE REVIEW 20 JURNAL
Jurnal 1
Judul Jurnal: REPRESENTASI SOSIAL DAN POLITIK DI AMERIKA
DALAM LIRIK LAGU AMERICAN IDIOT KARYA KELOMPOK MUSIK GREEN DAY
Penulis : Diomena
Tahun : 2015
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
representasi kecemasan dalam lirik lagu "American idiot" oleh Greenday
menggunakan pendekatan semiotika. Analisis ini menggali makna denotatif dan
konotatif dalam lirik, serta mengeksplorasi bagaimana simbol-simbol linguistik
dan musikal digunakan untuk menyampaikan pengalaman kecemasan secara emosional
dan psikologis.
Pendahuluan: Dalam berkomunikasi sebuah pesan dapat
disampaikan dengan banyak cara termasuk melalui sebuah alunan musik. Musik baik
itu yang berupa suara instrumen maupun yang berbentuk lagu dapat menjadi wadah
untuk mengekspresikan dan menjadi cerminan dari hal-hal yang terjadi pada
masyarakat. Lirik merupakan salah satu aspek penting yang terdapat dalam sebuah
lagu. Lirik memegang peranan yang penting sebagai salah satu fungsi musik itu
sendiri yaitu sebagai media penyampaian pesan. Pada tahun 2004 kelompok musik
punk/rock asal Amerika Serikat, Green Day, merilis sebuah lagu dengan tema
sosial-politik berjudul American Idiot yang memiliki muatan kritik dan sindiran
pada bait liriknya dalam mengambarkan keadaan sosial dan politik di Amerika
ketika itu. Amerika ketika itu berada dalam situasi yang menegangkan pasca
terjadinya peristiwa penabrakan pesawat sipil ke gedung WTC dan juga markas
pentagon (9/11). Amerika ketika itu jua mengambil kebijakan untuk menginvansi
Afghanistan dan Iraq. Rentetan peristiwa tersebut yang diikuti dengan tayangan
dan pemberitaan yang besar di media massa serta propaganda-propaganda yang
dilakukan pemerintah kemudian menimbulkan ketakutan dan juga kebingungan pada
masyarakat.
Metodologi: Pada penelitian ini peneliti menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika Roland Barthes. Dezin
dan Lincon (1987) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Moleong, 2005: 30).
Semiotika Barthes dalam penelitian ini dijadikan sebagai alat untuk menganalisa
data sehingga peneliti dapat menginterpretasikan tanda-tanda pada lirik lagu
American idiot yang merepresentasikan mengenai sosial dan politik di Amerika.
Hasil dan Pembahasan: Berdasarkan hasil penelitian
berupa analisis makna denotasi pada lirik lagu American Idiot maka secara
sosial tergambarkan munculnya ketegangan berupa histeria atau reaksi berlebihan
dari masyarakat Amerika dalam menanggapi informasi dari media. Dalam hal ini
media yang dimaksud adalah media baru (media berbasis online berupa internet)
dan media televisi. Secara sosial juga tergambarkan bagimana histeria tersebut
merupakan bentuk ketegangan yang disebabkan oleh peredaran informasi yang
dianggap sebagai sebuah pemikiran subliminal.
Selanjutnya dari pemaknaan secara konotatif tergambarkan
bahwa Ketegangan di Amerika yang disebabkan oleh informasi dan isu-isu dari
media yang kemudian tersebar luas hingga melampaui batas negara menandakan
adanya koneksi diantara media yang secara politik menggambarkan bahwa informasi
dan segala hal yang disampaikan oleh media merupakan sebuah bentuk propaganda
yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap banyak orang untuk menyeragamkan opini
dan juga sikap masyarakat dunia sehingga apa yang dikatakan oleh media mendapat
pembenaran dan juga dapat diterima oleh masyarakat.
Kesimpulan : Berdasarkan pemaknaan denotasi pada lirik lagu American Idiot maka secara sosial terepresentasikan mengenai munculnya kete gangan berupa histeria atau reaksi berlebihan dari masyarakat Amerika dalam menanggapi informasi dari media. Hal tersebut seka ligus merepresentasikan menge nai sisi politik dimana informasi dari media yang menimbulkan kete gangan berupa reaksi berlebihan dari masyarakat Amerika tersebut juga turut menyebar ke negara-negara lain diluar Amerika.
Berdasarkan pemaknaan konotasi pada lirik lagu American Idiot maka secara sosial terepresentasi kan mengenai ketidak kritisan masyarakat Amerika dalam menanggapi informasi dari media. Selanjutnya secara sosial terepresentasi kan mengenai tindak diskrimi nasi terhadap kaum homo seksual dan juga adanya stereotip negatif terhadap masyarakat di Selatan Amerika yang diidentifi kasikan sebagai masyarakat yang tidak berpendidikan, ketinggalan, konservatif, rasis, liar, dan juga pelit. Makna konotasi selanjutnya merepresentasikan mengenai sisi politik dimana informasi dari media merupakan bentuk propaganda yang dapat tersebar luas melalui koneksi diantara media tersebut.
Jurnal 2
Judul jurnal : ANALISIS SEMIOTIKA COVER ALBUM
“AMERICAN IDIOT” BAND GREEN DAY
Penulis : Rinto Wahyutama1 , Meirina Lani Anggapuspa2
Tahun : 2021
Abstrak : Cover album merupakan hal penting yang
harus ada dalam kemasan album. Selain sebagai media untuk menambah daya jual
kepada target konsumen, cover album juga menjadi media penyampaian pesan bagi
pencipta album kepada audiens. Cover album dibuat dengan desain yang sesuai
dengan visi lagu yang terdapat pada album. Ilustrasi dalam cover album dapat
dimaknai dengan teori yang relevan. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan
pada pemaknaan cover album American Idiot dari band Green Day. Cover album
tersebut dipilih karena memiliki judul yang kontroversial, serta konsep yang
simpel namun simbolis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori semiotika
Roland Barthes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang
terkandung dalam desain cover album American Idiot. Hasil dari penelitian ini
adalah pemaknaan dari cover album American Idiot.
Pendahuluan : Dalam industri permusikan cover album
juga memiliki fungsi sebagai daya tarik konsumen untuk membeli rekaman album
suatu band. Desain cover yang menarik dinilai mampu meningkatkan daya beli
konsumen terhadap album tersebut Maka dari itu dalam desain cover album
biasanya membawa pesan tentang apa yang ingin disampaikan oleh penyanyi kepada
audience. Penelitian ini mengambil fokus pada cover album band Green Day. Band
yang berasal dari East Bay, California, Amerika Serikat. Terdiri dari Billie
Joe Amstrong sebagai penyanyi utama dan gitaris, Mike Dirnt sebagai basis dan
penyanyi pendukung, dan Tre Cool sebagai pemain drum. Green Day telah diakui di
dunia permusikan karena mereka berhasil dalam mengembalikan dan membuat genre
punk rock kembali terkenal pada tahun 1990-an (Heri, 2018).
Album tersebut memiliki konsep cover album yang simpel dan
menarik. Selain itu salah satu judul lagu sekaligus judul album yang
kontroversial, yakni American Idiot dan disinyalir sebagai bentuk kritik
terhadap politik pemerintahan Bush. Pada dasarnya, lagu yang diciptakan oleh
Green Day kebanyakan mengandung unsur tema politik, mengkritisi keadaan sosial,
emosi, dan kritik pemerintah.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Analisis dilakukan dengan
menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui makna yang terkandung dalam desain cover album American Idiot.
Hasil dari penelitian ini adalah pemaknaan dari cover album American Idiot.
Hasil dan Pembahasan : American Idiot merupakan album
ketujuh dari band Green Day. Album ini dirilis pada 21 September tahun 2004.
Album ini diproduseri oelh Rob Cavallo dan melalui label Reprise Record. Mulai
direkam di studio 880 Oakland, California dan diselesaikan di Los Angeles.
Dalam album terdapat sebuah konsep dimana album ini bercertia tentang kisah
”Jesus of Suburbia”, yang dikisahkan sebagai tokoh fiksi anti-hero yang dibuat
oleh Billie Joe Armstrong. Desain yang terdapat dalam cover album sangat
simbolis.
Visualisasi cover album American Idiot didominasi oleh warna
gelap. Desainnya agak terlihat monoton. Penempatan bidang cover album diletakan
secara horizontal dengan menerapkan unsur balance (keseimbangan) asimetri
sehinga dapat berkesan dinamis walaupun komposisinya terlihat kurang seimbang,
hal ini terlihat dari penempatan elemen tipografi yang berada si sebelah kiri
atas. Penekanan pada desain cover album tersebut sudah baik yakni dengan
menonjolkan elemen visual ditengah dengan ukuran yang lebih besar dari
elemen-elemen yang lain. Selain itu penggunaan warna hitam sebagai warna
background dapat memperkuat penekanan elemen sehingga menjadi point of interest
dan membuat audience langsung tertuju kepada elemen gambar tangan memegang
granat. Sehingga mampu memberi informasi sesuai dengan visi yang terdapat pada
album tersebut.
Sehingga dapat diartikan secara konotasi bahwa band Green
Day menyampaikan pesan protes terhadap Pemerintahan Amerika melalui lagunya.
Hal ini diperkuat dengan tanda visual tangan memegang granat berbentuk hati.
Melalui kode ini audiens digiring untuk menginterpretasi makna tanda visual
pada cover album, dari visual pada cover album muncul beberapa pertanyaan
seperti, mengapa tangan tersebut memegang granat? Mengapa granat berbentuk
hati? Mengapa tangan itu bisa berdarah? Sehingga bisa menemukan keterkaitan
antara tanda verbal dan tanda visual tersebut. Tangan memegang granat memiliki
makna konotasi pemerintah Amerika yang mengendalikan rakyat Amerika Serikat
melalui media. Granat berbentuk hati bermakna konotasi jiwa rakyat Amerika
Serikat. Jika kaitkan dengan elemen tipografi American Idiot memiliki makna
konotasi rakyat Amerika yang bodoh sehingga dapat dengan mudah diperdaya atau
dipengaruhi melalui media. Elemen darah pada tangan juga memiliki arti sebagai
dampak peperangan. Peperangan yang dimaksud adalah invasi pemerintah Amerika
pada negara Irak setelah peristiwa 9/11.
Kesimpulan : Berdasarkan analisis tanda verbal dan
tanda visual yang terkandung dalam cover album American Idiot dari band Green
Day dapat ditarik kesimpulan bahwa antara tanda verbal dan tanda visual
terdapat suatu hubungan dimana keduanya saling melengkapi, sehingga pesan yang
ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Cover album American Idiot,
selain sebagai daya tarik konsumen untuk membeli, album tersebut juga berfungsi
sebagai penyampai pesan dan kritik. Dalam cover album American Idiot, Green Day
ingin menyampaikan pesan kepada rakyat Amerika Serikat agar tidak menelan
informasi dari media secara mentah-mentah.
Jurnal 3
Judul Jurnal: "KONSEP PERDAMAIAN DALAM LAGU IMAGINE KARYA
JHON LENNON" (Analalisis semiotika karya ferdinand de saussure)
Penulis : Alfian Yanuar Laksono
Tahun : 2018
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
konsep perdamaian dalam lagu "Imagine" karya John Lennon menggunakan
pendekatan semiotika Ferdinand de Saussure. Dengan mengeksplorasi tanda-tanda
linguistik dalam lirik lagu ini, penelitian ini mengungkap bagaimana
elemen-elemen bahasa berkontribusi pada penyampaian pesan perdamaian dan
persatuan. Analisis ini menyoroti struktur signifier dan signified dalam lirik,
serta konteks sosial dan kultural yang melingkupinya.
Pendahuluan: Lagu "Imagine" oleh John Lennon adalah
salah satu lagu paling ikonik yang mengusung tema perdamaian dan persatuan
global. Dikenal dengan liriknya yang sederhana namun penuh makna, lagu ini
telah menginspirasi banyak gerakan perdamaian di seluruh dunia. Penelitian ini
menggunakan teori semiotika Ferdinand de Saussure untuk memahami bagaimana
konsep perdamaian disampaikan melalui tanda-tanda linguistik dalam lirik lagu
ini.
Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan analisis semiotika berdasarkan teori Ferdinand de Saussure. Analisis ini
melibatkan identifikasi dan interpretasi tanda-tanda linguistik dalam lirik
"Imagine," dengan fokus pada struktur signifier (penanda) dan
signified (petanda). Data dikumpulkan dari teks lirik asli lagu
"Imagine" dan dianalisis untuk memahami bagaimana makna perdamaian
dibentuk dan dikomunikasikan.
Hasil dan Pembahasan: Analisis semiotika menunjukkan bahwa lirik
"Imagine" terdiri dari berbagai tanda linguistik yang secara efektif
menyampaikan konsep perdamaian. Beberapa tanda penting dalam lagu ini antara
lain:
- Signifier: "Imagine there's no
countries"
Signified: Konsep dunia tanpa batasan nasional yang menyebabkan konflik. - Signifier: "It isn't hard to
do"
Signified: Keyakinan bahwa perdamaian global adalah sesuatu yang dapat dicapai. - Signifier: "Nothing to kill or die
for"
Signified: Dunia tanpa perang dan kekerasan, di mana nilai kehidupan manusia dihargai. - Signifier: "And no religion
too"
Signified: Menghilangkan perbedaan agama sebagai sumber konflik dan ketegangan.
Saussure mengajarkan bahwa
tanda terdiri dari penanda (signifier) dan petanda (signified). Dalam lagu
"Imagine," penanda adalah kata-kata dan frasa yang digunakan oleh
Lennon, sedangkan petanda adalah konsep-konsep perdamaian dan persatuan yang
ingin ia sampaikan. Konteks sosial dan kultural pada saat lagu ini ditulis,
yaitu era pasca-perang Vietnam dan gerakan hak sipil, juga berperan penting
dalam membentuk makna tanda-tanda tersebut.
Kesimpulan: Lagu
"Imagine" karya John Lennon secara efektif menggunakan tanda-tanda
linguistik untuk menyampaikan pesan perdamaian dan persatuan global. Pendekatan
semiotika Ferdinand de Saussure membantu menguraikan bagaimana penanda dan
petanda bekerja bersama untuk membentuk makna yang dalam dan menginspirasi.
Dengan memahami struktur tanda-tanda dalam lirik lagu ini, kita dapat lebih
menghargai kekuatan musik sebagai alat komunikasi sosial dan kultural.
Jurnal 4
Judul Jurnal: "Semiotika Warna dalam Video Musik
'Fake Plastic Trees' Radiohead: Analisis Makna dan Intertekstualitas"
Penulis: Ika Sari Dewi Astuti
Abstrak: Penelitian ini menguraikan penggunaan
semiotika warna dalam video musik "Fake Plastic Trees" oleh
Radiohead. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, penelitian ini menganalisis
makna-makna yang tersirat dalam penggunaan warna dan intertekstualitas dengan
lirik lagu. Melalui analisis ini, penelitian bertujuan untuk memahami bagaimana
penggunaan warna dalam video musik menciptakan naratif visual yang kaya dan
memperkaya interpretasi penonton.
Pendahuluan: Video musik merupakan medium yang kaya
akan simbolisme visual, dan penggunaan warna adalah salah satu elemen penting
dalam menciptakan atmosfer dan makna dalam sebuah karya. Penelitian ini memilih
video musik "Fake Plastic Trees" oleh Radiohead sebagai objek
penelitian karena penggunaannya yang kreatif dan simbolis dalam menceritakan
cerita lirik lagu. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, penelitian ini
bertujuan untuk menggali makna-makna tersembunyi dalam penggunaan warna dan
hubungannya dengan konteks lirik lagu.
Metode: Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan fokus pada analisis semiotika. Data dikumpulkan melalui observasi
mendalam terhadap video musik "Fake Plastic Trees" dan lirik lagu
yang terkait. Analisis dilakukan dengan memperhatikan penggunaan warna, konteks
visual, dan intertekstualitas dengan lirik lagu. Teori-teori semiotika dari
Roland Barthes dan Charles Sanders Peirce digunakan sebagai kerangka kerja
untuk memahami makna-makna yang tersembunyi dalam video musik.
Hasil dan Pembahasan: Analisis semiotika warna dalam
video musik "Fake Plastic Trees" mengungkapkan penggunaan yang cermat
dan simbolis dalam menciptakan atmosfer dan mengkomunikasikan tema-tema yang
terkandung dalam lirik lagu. Warna-warna yang dominan seperti hijau, biru, dan
abu-abu digunakan untuk menciptakan suasana yang suram dan melankolis, sejalan
dengan nada lagu dan tema kesepian yang disampaikan dalam lirik. Selain itu,
intertekstualitas antara visual dan lirik lagu memperkaya interpretasi
penonton, menawarkan pandangan yang lebih dalam tentang makna yang ingin
disampaikan oleh Radiohead.
Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa penggunaan
semiotika warna dalam video musik "Fake Plastic Trees" oleh Radiohead
bukan hanya sebagai elemen dekoratif, tetapi juga sebagai sarana untuk
menyampaikan makna-makna yang mendalam dan kompleks. Melalui analisis
semiotika, kita dapat memahami bagaimana penggunaan warna dapat menciptakan
naratif visual yang kuat dan memperkaya pengalaman penonton dalam menafsirkan
karya seni ini.
Jurnal 5
Judul Jurnal: "Representasi Perempuan dalam Video Musik 'Blank Space' Taylor Swift: Analisis Semiotika"
Penulis: Nisa Nurhayati
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
representasi perempuan dalam video musik "Blank Space" oleh Taylor
Swift menggunakan pendekatan semiotika. Melalui analisis visual dan naratif,
studi ini mengungkap bagaimana gambaran perempuan dan femininitas disajikan
dalam konteks lagu dan visualisasi artistik. Pendekatan semiotika digunakan
untuk menafsirkan simbol-simbol, kode-kode, dan pesan-pesan tersembunyi dalam
video musik.
Pendahuluan: Video musik telah menjadi medium penting
dalam menyampaikan pesan-pesan budaya dan sosial, termasuk representasi
perempuan dalam industri musik. "Blank Space" oleh Taylor Swift telah
menjadi sorotan karena penggambaran yang kuat tentang perempuan dan hubungan.
Penelitian ini akan mengulas bagaimana video musik ini merepresentasikan
perempuan dan femininitas, serta bagaimana pesan tersebut dipahami melalui
pendekatan semiotika.
Metode: Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan fokus pada analisis semiotika. Video musik "Blank Space"
dianalisis secara visual dan naratif untuk mengidentifikasi simbol-simbol,
motif, dan pola yang berkaitan dengan representasi perempuan. Data dikumpulkan
melalui observasi mendalam terhadap video musik, dengan menggunakan kerangka
kerja semiotika Roland Barthes dan teori-teori semiotika lainnya.
Hasil dan Pembahasan: Analisis semiotika terhadap video
musik "Blank Space" mengungkapkan representasi perempuan yang
kompleks. Taylor Swift digambarkan sebagai karakter yang kuat namun juga
rentan, menggambarkan stereotip perempuan dalam hubungan romantis. Pemilihan
kostum, latar belakang, dan gerakan tubuh semuanya berkontribusi dalam
membentuk gambaran femininitas yang dihadirkan dalam video musik ini.
Simbol-simbol seperti rose garden, pakaian mewah, dan
pemandangan yang indah digunakan untuk menciptakan narasi tentang kehidupan dan
cinta yang ideal. Namun, narasi ini sering kali diselingi dengan adegan-adegan
yang menunjukkan konflik dan ketegangan dalam hubungan romantis, menghadirkan
gambaran perempuan yang kuat dan independen.
Kesimpulan: Video musik "Blank Space" oleh
Taylor Swift menyajikan representasi perempuan yang kompleks dan ambivalen.
Melalui pendekatan semiotika, kita dapat melihat bagaimana gambaran perempuan
dan femininitas dibangun melalui simbol-simbol dan naratif yang disajikan dalam
video musik ini. Penelitian ini memberikan wawasan tentang cara industri musik
menggambarkan dan memahami perempuan dalam konteks budaya yang lebih luas.
Jurnal 6
Judul Jurnal: "Analisis Semiotika Lagu Linkin Park:
Mengungkap Makna Tersembunyi Melalui Lirik dan Musik"
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
makna yang terkandung dalam lagu-lagu Linkin Park menggunakan pendekatan
semiotika. Analisis ini menggabungkan teori semiotika Roland Barthes untuk
mengidentifikasi denotasi dan konotasi, serta melihat bagaimana simbol-simbol
dalam lirik dan musik mencerminkan isu-isu sosial, emosional, dan psikologis.
Pendahuluan: Linkin Park, sebagai salah satu band
yang berpengaruh di awal abad ke-21, terkenal dengan lirik-liriknya yang
mendalam dan musik yang inovatif. Lagu-lagu mereka sering kali menyentuh
tema-tema berat seperti perjuangan pribadi, rasa sakit, dan pemberontakan.
Penelitian ini akan mengupas beberapa lagu populer mereka untuk mengungkap
lapisan makna di balik lirik dan komposisi musik.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika. Beberapa lagu dari album
"Hybrid Theory" dan "Meteora" dianalisis untuk memahami
bagaimana makna dibentuk melalui teks dan musik. Teori Roland Barthes digunakan
untuk membedah denotasi (makna harfiah) dan konotasi (makna kultural dan
emosional).
Hasil dan Pembahasan: Analisis menunjukkan bahwa
lagu-lagu Linkin Park memanfaatkan simbolisme yang kuat untuk menyampaikan
pesan-pesan kompleks. Misalnya, lagu "In the End" menggunakan
metafora perjalanan dan kegagalan untuk menggambarkan ketidakpastian hidup dan usaha
yang sia-sia. Denotasi dari lirik "I tried so hard and got so far, but in
the end, it doesn't even matter" mengacu pada usaha keras yang berakhir
dengan kegagalan, sementara konotasinya menggambarkan perasaan putus asa dan
ketidakberdayaan.
Lagu "Numb" menggambarkan tekanan sosial dan
perasaan tidak cukup baik melalui simbolisme kehampaan dan kebekuan emosional.
Lirik seperti "I've become so numb, I can't feel you there"
menunjukkan alienasi dari ekspektasi masyarakat, dan konotasinya mencerminkan
kondisi emosional generasi muda yang tertekan oleh standar sosial yang tinggi.
Selain lirik, komposisi musik juga berperan penting dalam
menyampaikan makna. Penggunaan nada-nada minor, ketukan drum yang intens, dan
vokal yang penuh emosi membantu menciptakan suasana yang mendalam dan resonansi
emosional dengan pendengar.
Kesimpulan: Lagu-lagu Linkin Park berhasil
menyampaikan isu-isu emosional dan sosial yang kompleks melalui kombinasi lirik
dan musik yang simbolis. Pendekatan semiotika memungkinkan pemahaman yang lebih
dalam tentang bagaimana makna dibangun dan dikomunikasikan dalam musik mereka.
Penelitian ini menunjukkan bahwa lagu-lagu Linkin Park tidak hanya sebagai
hiburan, tetapi juga sebagai medium untuk refleksi dan ekspresi emosional yang
mendalam.
Jurnal 7
Judul Jurnal: "Analisis Semiotika Pesan Moral dalam Lirik Lagu 'Heal The World' Karya Michael Jackson"
Penulis: Triana Dewi
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pesan moral yang terdapat dalam lirik lagu "Heal The World" karya Michael Jackson melalui pendekatan semiotika. Dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes, penelitian ini mengidentifikasi dan menginterpretasikan makna denotatif dan konotatif dari lirik lagu tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa "Heal The World" mengandung pesan moral yang kuat mengenai perdamaian, cinta, dan tanggung jawab sosial.
Pendahuluan: Musik memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan yang mendalam dan mempengaruhi pendengarnya secara emosional. Michael Jackson, sebagai salah satu musisi paling berpengaruh di dunia, seringkali menggunakan musiknya untuk menyuarakan pesan-pesan sosial dan moral. "Heal The World" adalah salah satu lagu yang paling dikenal dengan pesan moralnya yang kuat. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan makna yang terkandung dalam lirik lagu tersebut melalui analisis semiotika.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika. Lirik lagu "Heal The World" dianalisis menggunakan teori semiotika Roland Barthes yang membedakan antara makna denotatif (literal) dan konotatif (kultural dan emosional). Data dikumpulkan dari teks lirik dan dianalisis untuk mengidentifikasi simbol-simbol dan makna yang terkandung di dalamnya.
Hasil dan Pembahasan: Analisis semiotika terhadap lirik "Heal The World" mengungkapkan beberapa pesan moral utama:
Perdamaian dan Kesatuan: Lirik "There's a place in your heart and I know that it is love" menekankan pentingnya cinta sebagai dasar perdamaian. Denotasinya menunjukkan adanya tempat di hati untuk cinta, sementara konotasinya mengajak pendengar untuk menemukan cinta dalam diri mereka untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
Kepedulian Sosial: "Heal the world, make it a better place for you and for me and the entire human race" mengandung makna denotatif tentang memperbaiki dunia. Konotasinya adalah ajakan untuk bertindak demi kebaikan bersama, mengatasi masalah sosial dan lingkungan demi kesejahteraan seluruh umat manusia.
Empati dan Tindakan: "If you care enough for the living, make a little space, make a better place" mengandung pesan moral tentang pentingnya empati dan tindakan nyata untuk membantu orang lain. Denotasinya mengajak pendengar untuk peduli dan bertindak, sementara konotasinya menggarisbawahi tanggung jawab individu dalam menciptakan perubahan positif.
Perlindungan Anak-Anak: "For our children and their children" menekankan pentingnya melindungi masa depan generasi mendatang. Ini mencerminkan tanggung jawab moral untuk menjaga dunia yang aman dan damai bagi anak-anak.
Kesimpulan: Lagu "Heal The World" karya Michael Jackson mengandung pesan moral yang kuat tentang perdamaian, cinta, tanggung jawab sosial, dan empati. Analisis semiotika membantu menguraikan makna mendalam dari lirik lagu ini, menunjukkan bagaimana musik dapat menjadi alat yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan menginspirasi tindakan positif. Melalui pesan-pesan ini, Michael Jackson mengajak pendengarnya untuk berpartisipasi dalam menciptakan dunia yang lebih baik.
Jurnal 8
Judul Jurnal: "Semiotika Musik: Sebuah Kajian Terhadap Lagu 'Despacito' oleh Luis Fonsi Ft. Daddy Yankee"
Penulis: Rini Purwanti
Komentar
Posting Komentar