LITERATURE REVIEW 20 JURNAL

 

Jurnal 1

Judul Jurnal: REPRESENTASI SOSIAL DAN POLITIK DI AMERIKA DALAM LIRIK LAGU AMERICAN IDIOT KARYA KELOMPOK MUSIK GREEN DAY

Penulis : Diomena

Tahun : 2015

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi kecemasan dalam lirik lagu "American idiot" oleh Greenday menggunakan pendekatan semiotika. Analisis ini menggali makna denotatif dan konotatif dalam lirik, serta mengeksplorasi bagaimana simbol-simbol linguistik dan musikal digunakan untuk menyampaikan pengalaman kecemasan secara emosional dan psikologis.

Pendahuluan: Dalam berkomunikasi sebuah pesan dapat disampaikan dengan banyak cara termasuk melalui sebuah alunan musik. Musik baik itu yang berupa suara instrumen maupun yang berbentuk lagu dapat menjadi wadah untuk mengekspresikan dan menjadi cerminan dari hal-hal yang terjadi pada masyarakat. Lirik merupakan salah satu aspek penting yang terdapat dalam sebuah lagu. Lirik memegang peranan yang penting sebagai salah satu fungsi musik itu sendiri yaitu sebagai media penyampaian pesan. Pada tahun 2004 kelompok musik punk/rock asal Amerika Serikat, Green Day, merilis sebuah lagu dengan tema sosial-politik berjudul American Idiot yang memiliki muatan kritik dan sindiran pada bait liriknya dalam mengambarkan keadaan sosial dan politik di Amerika ketika itu. Amerika ketika itu berada dalam situasi yang menegangkan pasca terjadinya peristiwa penabrakan pesawat sipil ke gedung WTC dan juga markas pentagon (9/11). Amerika ketika itu jua mengambil kebijakan untuk menginvansi Afghanistan dan Iraq. Rentetan peristiwa tersebut yang diikuti dengan tayangan dan pemberitaan yang besar di media massa serta propaganda-propaganda yang dilakukan pemerintah kemudian menimbulkan ketakutan dan juga kebingungan pada masyarakat.

Metodologi: Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika Roland Barthes. Dezin dan Lincon (1987) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Moleong, 2005: 30). Semiotika Barthes dalam penelitian ini dijadikan sebagai alat untuk menganalisa data sehingga peneliti dapat menginterpretasikan tanda-tanda pada lirik lagu American idiot yang merepresentasikan mengenai sosial dan politik di Amerika.

Hasil dan Pembahasan: Berdasarkan hasil penelitian berupa analisis makna denotasi pada lirik lagu American Idiot maka secara sosial tergambarkan munculnya ketegangan berupa histeria atau reaksi berlebihan dari masyarakat Amerika dalam menanggapi informasi dari media. Dalam hal ini media yang dimaksud adalah media baru (media berbasis online berupa internet) dan media televisi. Secara sosial juga tergambarkan bagimana histeria tersebut merupakan bentuk ketegangan yang disebabkan oleh peredaran informasi yang dianggap sebagai sebuah pemikiran subliminal.

Selanjutnya dari pemaknaan secara konotatif tergambarkan bahwa Ketegangan di Amerika yang disebabkan oleh informasi dan isu-isu dari media yang kemudian tersebar luas hingga melampaui batas negara menandakan adanya koneksi diantara media yang secara politik menggambarkan bahwa informasi dan segala hal yang disampaikan oleh media merupakan sebuah bentuk propaganda yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap banyak orang untuk menyeragamkan opini dan juga sikap masyarakat dunia sehingga apa yang dikatakan oleh media mendapat pembenaran dan juga dapat diterima oleh masyarakat.

Kesimpulan : Berdasarkan pemaknaan denotasi pada lirik lagu American Idiot maka secara sosial terepresentasikan mengenai munculnya kete gangan berupa histeria atau reaksi berlebihan dari masyarakat Amerika dalam menanggapi informasi dari media. Hal tersebut seka ligus merepresentasikan menge nai sisi politik dimana informasi dari media yang menimbulkan kete gangan berupa reaksi berlebihan dari masyarakat Amerika tersebut juga turut menyebar ke negara-negara lain diluar Amerika.

Berdasarkan pemaknaan konotasi pada lirik lagu American Idiot maka secara sosial terepresentasi kan mengenai ketidak kritisan masyarakat Amerika dalam menanggapi informasi dari media. Selanjutnya secara sosial terepresentasi kan mengenai tindak diskrimi nasi terhadap kaum homo seksual dan juga adanya stereotip negatif terhadap masyarakat di Selatan Amerika yang diidentifi kasikan sebagai masyarakat yang tidak berpendidikan, ketinggalan, konservatif, rasis, liar, dan juga pelit. Makna konotasi selanjutnya merepresentasikan mengenai sisi politik dimana informasi dari media merupakan bentuk propaganda yang dapat tersebar luas melalui koneksi diantara media tersebut.


Jurnal 2

Judul jurnal : ANALISIS SEMIOTIKA COVER ALBUM “AMERICAN IDIOT” BAND GREEN DAY

Penulis : Rinto Wahyutama1 , Meirina Lani Anggapuspa2

Tahun : 2021

Abstrak : Cover album merupakan hal penting yang harus ada dalam kemasan album. Selain sebagai media untuk menambah daya jual kepada target konsumen, cover album juga menjadi media penyampaian pesan bagi pencipta album kepada audiens. Cover album dibuat dengan desain yang sesuai dengan visi lagu yang terdapat pada album. Ilustrasi dalam cover album dapat dimaknai dengan teori yang relevan. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada pemaknaan cover album American Idiot dari band Green Day. Cover album tersebut dipilih karena memiliki judul yang kontroversial, serta konsep yang simpel namun simbolis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terkandung dalam desain cover album American Idiot. Hasil dari penelitian ini adalah pemaknaan dari cover album American Idiot.

Pendahuluan : Dalam industri permusikan cover album juga memiliki fungsi sebagai daya tarik konsumen untuk membeli rekaman album suatu band. Desain cover yang menarik dinilai mampu meningkatkan daya beli konsumen terhadap album tersebut Maka dari itu dalam desain cover album biasanya membawa pesan tentang apa yang ingin disampaikan oleh penyanyi kepada audience. Penelitian ini mengambil fokus pada cover album band Green Day. Band yang berasal dari East Bay, California, Amerika Serikat. Terdiri dari Billie Joe Amstrong sebagai penyanyi utama dan gitaris, Mike Dirnt sebagai basis dan penyanyi pendukung, dan Tre Cool sebagai pemain drum. Green Day telah diakui di dunia permusikan karena mereka berhasil dalam mengembalikan dan membuat genre punk rock kembali terkenal pada tahun 1990-an (Heri, 2018).

Album tersebut memiliki konsep cover album yang simpel dan menarik. Selain itu salah satu judul lagu sekaligus judul album yang kontroversial, yakni American Idiot dan disinyalir sebagai bentuk kritik terhadap politik pemerintahan Bush. Pada dasarnya, lagu yang diciptakan oleh Green Day kebanyakan mengandung unsur tema politik, mengkritisi keadaan sosial, emosi, dan kritik pemerintah.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terkandung dalam desain cover album American Idiot. Hasil dari penelitian ini adalah pemaknaan dari cover album American Idiot.

Hasil dan Pembahasan : American Idiot merupakan album ketujuh dari band Green Day. Album ini dirilis pada 21 September tahun 2004. Album ini diproduseri oelh Rob Cavallo dan melalui label Reprise Record. Mulai direkam di studio 880 Oakland, California dan diselesaikan di Los Angeles. Dalam album terdapat sebuah konsep dimana album ini bercertia tentang kisah ”Jesus of Suburbia”, yang dikisahkan sebagai tokoh fiksi anti-hero yang dibuat oleh Billie Joe Armstrong. Desain yang terdapat dalam cover album sangat simbolis.

Visualisasi cover album American Idiot didominasi oleh warna gelap. Desainnya agak terlihat monoton. Penempatan bidang cover album diletakan secara horizontal dengan menerapkan unsur balance (keseimbangan) asimetri sehinga dapat berkesan dinamis walaupun komposisinya terlihat kurang seimbang, hal ini terlihat dari penempatan elemen tipografi yang berada si sebelah kiri atas. Penekanan pada desain cover album tersebut sudah baik yakni dengan menonjolkan elemen visual ditengah dengan ukuran yang lebih besar dari elemen-elemen yang lain. Selain itu penggunaan warna hitam sebagai warna background dapat memperkuat penekanan elemen sehingga menjadi point of interest dan membuat audience langsung tertuju kepada elemen gambar tangan memegang granat. Sehingga mampu memberi informasi sesuai dengan visi yang terdapat pada album tersebut.

Sehingga dapat diartikan secara konotasi bahwa band Green Day menyampaikan pesan protes terhadap Pemerintahan Amerika melalui lagunya. Hal ini diperkuat dengan tanda visual tangan memegang granat berbentuk hati. Melalui kode ini audiens digiring untuk menginterpretasi makna tanda visual pada cover album, dari visual pada cover album muncul beberapa pertanyaan seperti, mengapa tangan tersebut memegang granat? Mengapa granat berbentuk hati? Mengapa tangan itu bisa berdarah? Sehingga bisa menemukan keterkaitan antara tanda verbal dan tanda visual tersebut. Tangan memegang granat memiliki makna konotasi pemerintah Amerika yang mengendalikan rakyat Amerika Serikat melalui media. Granat berbentuk hati bermakna konotasi jiwa rakyat Amerika Serikat. Jika kaitkan dengan elemen tipografi American Idiot memiliki makna konotasi rakyat Amerika yang bodoh sehingga dapat dengan mudah diperdaya atau dipengaruhi melalui media. Elemen darah pada tangan juga memiliki arti sebagai dampak peperangan. Peperangan yang dimaksud adalah invasi pemerintah Amerika pada negara Irak setelah peristiwa 9/11.

Kesimpulan : Berdasarkan analisis tanda verbal dan tanda visual yang terkandung dalam cover album American Idiot dari band Green Day dapat ditarik kesimpulan bahwa antara tanda verbal dan tanda visual terdapat suatu hubungan dimana keduanya saling melengkapi, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Cover album American Idiot, selain sebagai daya tarik konsumen untuk membeli, album tersebut juga berfungsi sebagai penyampai pesan dan kritik. Dalam cover album American Idiot, Green Day ingin menyampaikan pesan kepada rakyat Amerika Serikat agar tidak menelan informasi dari media secara mentah-mentah.


Jurnal 3

Judul Jurnal: "KONSEP PERDAMAIAN DALAM LAGU IMAGINE KARYA JHON LENNON" (Analalisis semiotika karya ferdinand de saussure)

Penulis : Alfian Yanuar Laksono

Tahun : 2018

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep perdamaian dalam lagu "Imagine" karya John Lennon menggunakan pendekatan semiotika Ferdinand de Saussure. Dengan mengeksplorasi tanda-tanda linguistik dalam lirik lagu ini, penelitian ini mengungkap bagaimana elemen-elemen bahasa berkontribusi pada penyampaian pesan perdamaian dan persatuan. Analisis ini menyoroti struktur signifier dan signified dalam lirik, serta konteks sosial dan kultural yang melingkupinya.

Pendahuluan: Lagu "Imagine" oleh John Lennon adalah salah satu lagu paling ikonik yang mengusung tema perdamaian dan persatuan global. Dikenal dengan liriknya yang sederhana namun penuh makna, lagu ini telah menginspirasi banyak gerakan perdamaian di seluruh dunia. Penelitian ini menggunakan teori semiotika Ferdinand de Saussure untuk memahami bagaimana konsep perdamaian disampaikan melalui tanda-tanda linguistik dalam lirik lagu ini.

Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika berdasarkan teori Ferdinand de Saussure. Analisis ini melibatkan identifikasi dan interpretasi tanda-tanda linguistik dalam lirik "Imagine," dengan fokus pada struktur signifier (penanda) dan signified (petanda). Data dikumpulkan dari teks lirik asli lagu "Imagine" dan dianalisis untuk memahami bagaimana makna perdamaian dibentuk dan dikomunikasikan.

Hasil dan Pembahasan: Analisis semiotika menunjukkan bahwa lirik "Imagine" terdiri dari berbagai tanda linguistik yang secara efektif menyampaikan konsep perdamaian. Beberapa tanda penting dalam lagu ini antara lain:

  • Signifier: "Imagine there's no countries"
    Signified: Konsep dunia tanpa batasan nasional yang menyebabkan konflik.
  • Signifier: "It isn't hard to do"
    Signified: Keyakinan bahwa perdamaian global adalah sesuatu yang dapat dicapai.
  • Signifier: "Nothing to kill or die for"
    Signified: Dunia tanpa perang dan kekerasan, di mana nilai kehidupan manusia dihargai.
  • Signifier: "And no religion too"
    Signified: Menghilangkan perbedaan agama sebagai sumber konflik dan ketegangan.

Saussure mengajarkan bahwa tanda terdiri dari penanda (signifier) dan petanda (signified). Dalam lagu "Imagine," penanda adalah kata-kata dan frasa yang digunakan oleh Lennon, sedangkan petanda adalah konsep-konsep perdamaian dan persatuan yang ingin ia sampaikan. Konteks sosial dan kultural pada saat lagu ini ditulis, yaitu era pasca-perang Vietnam dan gerakan hak sipil, juga berperan penting dalam membentuk makna tanda-tanda tersebut.

Kesimpulan: Lagu "Imagine" karya John Lennon secara efektif menggunakan tanda-tanda linguistik untuk menyampaikan pesan perdamaian dan persatuan global. Pendekatan semiotika Ferdinand de Saussure membantu menguraikan bagaimana penanda dan petanda bekerja bersama untuk membentuk makna yang dalam dan menginspirasi. Dengan memahami struktur tanda-tanda dalam lirik lagu ini, kita dapat lebih menghargai kekuatan musik sebagai alat komunikasi sosial dan kultural.


Jurnal 4

Judul Jurnal: "Semiotika Warna dalam Video Musik 'Fake Plastic Trees' Radiohead: Analisis Makna dan Intertekstualitas"

Penulis: Ika Sari Dewi Astuti

Abstrak: Penelitian ini menguraikan penggunaan semiotika warna dalam video musik "Fake Plastic Trees" oleh Radiohead. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, penelitian ini menganalisis makna-makna yang tersirat dalam penggunaan warna dan intertekstualitas dengan lirik lagu. Melalui analisis ini, penelitian bertujuan untuk memahami bagaimana penggunaan warna dalam video musik menciptakan naratif visual yang kaya dan memperkaya interpretasi penonton.

Pendahuluan: Video musik merupakan medium yang kaya akan simbolisme visual, dan penggunaan warna adalah salah satu elemen penting dalam menciptakan atmosfer dan makna dalam sebuah karya. Penelitian ini memilih video musik "Fake Plastic Trees" oleh Radiohead sebagai objek penelitian karena penggunaannya yang kreatif dan simbolis dalam menceritakan cerita lirik lagu. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, penelitian ini bertujuan untuk menggali makna-makna tersembunyi dalam penggunaan warna dan hubungannya dengan konteks lirik lagu.

Metode: Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus pada analisis semiotika. Data dikumpulkan melalui observasi mendalam terhadap video musik "Fake Plastic Trees" dan lirik lagu yang terkait. Analisis dilakukan dengan memperhatikan penggunaan warna, konteks visual, dan intertekstualitas dengan lirik lagu. Teori-teori semiotika dari Roland Barthes dan Charles Sanders Peirce digunakan sebagai kerangka kerja untuk memahami makna-makna yang tersembunyi dalam video musik.

Hasil dan Pembahasan: Analisis semiotika warna dalam video musik "Fake Plastic Trees" mengungkapkan penggunaan yang cermat dan simbolis dalam menciptakan atmosfer dan mengkomunikasikan tema-tema yang terkandung dalam lirik lagu. Warna-warna yang dominan seperti hijau, biru, dan abu-abu digunakan untuk menciptakan suasana yang suram dan melankolis, sejalan dengan nada lagu dan tema kesepian yang disampaikan dalam lirik. Selain itu, intertekstualitas antara visual dan lirik lagu memperkaya interpretasi penonton, menawarkan pandangan yang lebih dalam tentang makna yang ingin disampaikan oleh Radiohead.

Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa penggunaan semiotika warna dalam video musik "Fake Plastic Trees" oleh Radiohead bukan hanya sebagai elemen dekoratif, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan makna-makna yang mendalam dan kompleks. Melalui analisis semiotika, kita dapat memahami bagaimana penggunaan warna dapat menciptakan naratif visual yang kuat dan memperkaya pengalaman penonton dalam menafsirkan karya seni ini.


Jurnal 5

Judul Jurnal: "Representasi Perempuan dalam Video Musik 'Blank Space' Taylor Swift: Analisis Semiotika"

Penulis: Nisa Nurhayati

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi perempuan dalam video musik "Blank Space" oleh Taylor Swift menggunakan pendekatan semiotika. Melalui analisis visual dan naratif, studi ini mengungkap bagaimana gambaran perempuan dan femininitas disajikan dalam konteks lagu dan visualisasi artistik. Pendekatan semiotika digunakan untuk menafsirkan simbol-simbol, kode-kode, dan pesan-pesan tersembunyi dalam video musik.

Pendahuluan: Video musik telah menjadi medium penting dalam menyampaikan pesan-pesan budaya dan sosial, termasuk representasi perempuan dalam industri musik. "Blank Space" oleh Taylor Swift telah menjadi sorotan karena penggambaran yang kuat tentang perempuan dan hubungan. Penelitian ini akan mengulas bagaimana video musik ini merepresentasikan perempuan dan femininitas, serta bagaimana pesan tersebut dipahami melalui pendekatan semiotika.

Metode: Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus pada analisis semiotika. Video musik "Blank Space" dianalisis secara visual dan naratif untuk mengidentifikasi simbol-simbol, motif, dan pola yang berkaitan dengan representasi perempuan. Data dikumpulkan melalui observasi mendalam terhadap video musik, dengan menggunakan kerangka kerja semiotika Roland Barthes dan teori-teori semiotika lainnya.

Hasil dan Pembahasan: Analisis semiotika terhadap video musik "Blank Space" mengungkapkan representasi perempuan yang kompleks. Taylor Swift digambarkan sebagai karakter yang kuat namun juga rentan, menggambarkan stereotip perempuan dalam hubungan romantis. Pemilihan kostum, latar belakang, dan gerakan tubuh semuanya berkontribusi dalam membentuk gambaran femininitas yang dihadirkan dalam video musik ini.

Simbol-simbol seperti rose garden, pakaian mewah, dan pemandangan yang indah digunakan untuk menciptakan narasi tentang kehidupan dan cinta yang ideal. Namun, narasi ini sering kali diselingi dengan adegan-adegan yang menunjukkan konflik dan ketegangan dalam hubungan romantis, menghadirkan gambaran perempuan yang kuat dan independen.

Kesimpulan: Video musik "Blank Space" oleh Taylor Swift menyajikan representasi perempuan yang kompleks dan ambivalen. Melalui pendekatan semiotika, kita dapat melihat bagaimana gambaran perempuan dan femininitas dibangun melalui simbol-simbol dan naratif yang disajikan dalam video musik ini. Penelitian ini memberikan wawasan tentang cara industri musik menggambarkan dan memahami perempuan dalam konteks budaya yang lebih luas.


Jurnal 6

Judul Jurnal: "Analisis Semiotika Lagu Linkin Park: Mengungkap Makna Tersembunyi Melalui Lirik dan Musik"

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna yang terkandung dalam lagu-lagu Linkin Park menggunakan pendekatan semiotika. Analisis ini menggabungkan teori semiotika Roland Barthes untuk mengidentifikasi denotasi dan konotasi, serta melihat bagaimana simbol-simbol dalam lirik dan musik mencerminkan isu-isu sosial, emosional, dan psikologis.

Pendahuluan: Linkin Park, sebagai salah satu band yang berpengaruh di awal abad ke-21, terkenal dengan lirik-liriknya yang mendalam dan musik yang inovatif. Lagu-lagu mereka sering kali menyentuh tema-tema berat seperti perjuangan pribadi, rasa sakit, dan pemberontakan. Penelitian ini akan mengupas beberapa lagu populer mereka untuk mengungkap lapisan makna di balik lirik dan komposisi musik.

Metodologi: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika. Beberapa lagu dari album "Hybrid Theory" dan "Meteora" dianalisis untuk memahami bagaimana makna dibentuk melalui teks dan musik. Teori Roland Barthes digunakan untuk membedah denotasi (makna harfiah) dan konotasi (makna kultural dan emosional).

Hasil dan Pembahasan: Analisis menunjukkan bahwa lagu-lagu Linkin Park memanfaatkan simbolisme yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan kompleks. Misalnya, lagu "In the End" menggunakan metafora perjalanan dan kegagalan untuk menggambarkan ketidakpastian hidup dan usaha yang sia-sia. Denotasi dari lirik "I tried so hard and got so far, but in the end, it doesn't even matter" mengacu pada usaha keras yang berakhir dengan kegagalan, sementara konotasinya menggambarkan perasaan putus asa dan ketidakberdayaan.

Lagu "Numb" menggambarkan tekanan sosial dan perasaan tidak cukup baik melalui simbolisme kehampaan dan kebekuan emosional. Lirik seperti "I've become so numb, I can't feel you there" menunjukkan alienasi dari ekspektasi masyarakat, dan konotasinya mencerminkan kondisi emosional generasi muda yang tertekan oleh standar sosial yang tinggi.

Selain lirik, komposisi musik juga berperan penting dalam menyampaikan makna. Penggunaan nada-nada minor, ketukan drum yang intens, dan vokal yang penuh emosi membantu menciptakan suasana yang mendalam dan resonansi emosional dengan pendengar.

Kesimpulan: Lagu-lagu Linkin Park berhasil menyampaikan isu-isu emosional dan sosial yang kompleks melalui kombinasi lirik dan musik yang simbolis. Pendekatan semiotika memungkinkan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana makna dibangun dan dikomunikasikan dalam musik mereka. Penelitian ini menunjukkan bahwa lagu-lagu Linkin Park tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai medium untuk refleksi dan ekspresi emosional yang mendalam.


Jurnal 7

Judul Jurnal: "Analisis Semiotika Pesan Moral dalam Lirik Lagu 'Heal The World' Karya Michael Jackson"

Penulis: Triana Dewi

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pesan moral yang terdapat dalam lirik lagu "Heal The World" karya Michael Jackson melalui pendekatan semiotika. Dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes, penelitian ini mengidentifikasi dan menginterpretasikan makna denotatif dan konotatif dari lirik lagu tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa "Heal The World" mengandung pesan moral yang kuat mengenai perdamaian, cinta, dan tanggung jawab sosial.

Pendahuluan: Musik memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan yang mendalam dan mempengaruhi pendengarnya secara emosional. Michael Jackson, sebagai salah satu musisi paling berpengaruh di dunia, seringkali menggunakan musiknya untuk menyuarakan pesan-pesan sosial dan moral. "Heal The World" adalah salah satu lagu yang paling dikenal dengan pesan moralnya yang kuat. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan makna yang terkandung dalam lirik lagu tersebut melalui analisis semiotika.

Metodologi: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika. Lirik lagu "Heal The World" dianalisis menggunakan teori semiotika Roland Barthes yang membedakan antara makna denotatif (literal) dan konotatif (kultural dan emosional). Data dikumpulkan dari teks lirik dan dianalisis untuk mengidentifikasi simbol-simbol dan makna yang terkandung di dalamnya.

Hasil dan Pembahasan: Analisis semiotika terhadap lirik "Heal The World" mengungkapkan beberapa pesan moral utama:

  1. Perdamaian dan Kesatuan: Lirik "There's a place in your heart and I know that it is love" menekankan pentingnya cinta sebagai dasar perdamaian. Denotasinya menunjukkan adanya tempat di hati untuk cinta, sementara konotasinya mengajak pendengar untuk menemukan cinta dalam diri mereka untuk menciptakan dunia yang lebih baik.

  2. Kepedulian Sosial: "Heal the world, make it a better place for you and for me and the entire human race" mengandung makna denotatif tentang memperbaiki dunia. Konotasinya adalah ajakan untuk bertindak demi kebaikan bersama, mengatasi masalah sosial dan lingkungan demi kesejahteraan seluruh umat manusia.

  3. Empati dan Tindakan: "If you care enough for the living, make a little space, make a better place" mengandung pesan moral tentang pentingnya empati dan tindakan nyata untuk membantu orang lain. Denotasinya mengajak pendengar untuk peduli dan bertindak, sementara konotasinya menggarisbawahi tanggung jawab individu dalam menciptakan perubahan positif.

  4. Perlindungan Anak-Anak: "For our children and their children" menekankan pentingnya melindungi masa depan generasi mendatang. Ini mencerminkan tanggung jawab moral untuk menjaga dunia yang aman dan damai bagi anak-anak.

Kesimpulan: Lagu "Heal The World" karya Michael Jackson mengandung pesan moral yang kuat tentang perdamaian, cinta, tanggung jawab sosial, dan empati. Analisis semiotika membantu menguraikan makna mendalam dari lirik lagu ini, menunjukkan bagaimana musik dapat menjadi alat yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan menginspirasi tindakan positif. Melalui pesan-pesan ini, Michael Jackson mengajak pendengarnya untuk berpartisipasi dalam menciptakan dunia yang lebih baik.


Jurnal 8

Judul Jurnal: "Semiotika Musik: Sebuah Kajian Terhadap Lagu 'Despacito' oleh Luis Fonsi Ft. Daddy Yankee"

Penulis: Rini Purwanti

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lagu "Despacito" oleh Luis Fonsi dan Daddy Yankee menggunakan pendekatan semiotika. Melalui analisis ini, diungkapkan bagaimana elemen-elemen musik dan lirik dalam lagu ini membentuk makna dan menyampaikan pesan kepada pendengarnya. Studi ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes dan Ferdinand de Saussure untuk menguraikan tanda-tanda, simbol, dan kode yang terdapat dalam lagu.

Pendahuluan: "Despacito" adalah lagu yang dirilis pada tahun 2017 dan langsung menjadi fenomena global. Dengan perpaduan reggaeton dan pop Latin, lagu ini menampilkan lirik yang sensual dan ritme yang menarik. Penelitian ini akan mengeksplorasi bagaimana elemen-elemen tersebut bekerja sama untuk menciptakan makna melalui pendekatan semiotika.

Metodologi: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika. Teori Roland Barthes tentang denotasi dan konotasi serta konsep tanda dari Ferdinand de Saussure akan digunakan untuk menganalisis lirik dan elemen musik dalam "Despacito". Data diperoleh dari teks lirik, analisis video musik, dan literatur pendukung lainnya.

Hasil dan Diskusi: Analisis semiotika terhadap "Despacito" menunjukkan bahwa lagu ini kaya akan simbolisme dan tanda yang bekerja pada beberapa level makna.

  1. Lirik:

    • Denotasi: Lirik "Despacito" secara harfiah berbicara tentang hubungan romantis dan ketertarikan fisik. Frasa seperti "Pasito a pasito, suave suavecito" menggambarkan gerakan pelan dan lembut yang mencerminkan pendekatan yang halus dalam menggoda.
    • Konotasi: Lirik tersebut mengandung konotasi sensualitas dan keintiman. Penggunaan bahasa Spanyol menambah lapisan eksotisme dan daya tarik budaya bagi audiens non-Hispanik.
    • Metafora dan Simbol: Banyak metafora digunakan untuk menyiratkan keintiman fisik tanpa secara eksplisit menyebutkannya, seperti "Quiero desnudarte a besos" yang berarti "Aku ingin menelanjangimu dengan ciuman."
  2. Musik:

    • Ritme dan Melodi: Kombinasi ritme reggaeton yang berdenyut dengan melodi yang catchy menciptakan suasana yang menggoda dan energik. Ritme yang berulang dan beat yang kuat mendukung tema sensualitas dan tarian.
    • Instrumen dan Suara: Penggunaan instrumen perkusi khas reggaeton dan elemen musik pop memperkuat daya tarik lagu ini di pasar global, menggabungkan unsur-unsur tradisional dan modern.
  3. Video Musik:

    • Visual dan Simbolisme: Video musik "Despacito" menampilkan pemandangan Puerto Rico, dengan gambaran kehidupan lokal yang bersemangat. Visual ini tidak hanya mendukung lirik tetapi juga mempromosikan identitas budaya Puerto Rico.
    • Representasi Gender: Representasi pria dan wanita dalam video menyoroti stereotip gender tradisional dalam konteks budaya Latin, dengan fokus pada daya tarik fisik dan tarian sensual.

Kesimpulan: Lagu "Despacito" berhasil memanfaatkan elemen-elemen musik dan lirik untuk menyampaikan pesan yang kuat tentang sensualitas dan daya tarik budaya. Pendekatan semiotika membantu mengungkap bagaimana tanda-tanda dan simbol-simbol dalam lagu ini bekerja pada berbagai level makna untuk menciptakan daya tarik global yang luas. Studi ini menunjukkan bahwa di balik popularitas komersial lagu ini, terdapat lapisan makna yang kaya dan kompleks.


Jurnal 9

Judul Jurnal: "Makna Simbolik Lagu 'Bohemian Rhapsody' oleh Queen: Sebuah Analisis Semiotika"

Penulis: Dian Purnama Sari

Abstrak: Penelitian ini menganalisis makna simbolik dalam lagu "Bohemian Rhapsody" oleh Queen menggunakan pendekatan semiotika. Melalui analisis lirik, melodi, dan struktur musik, penelitian ini mengeksplorasi bagaimana lagu ini menciptakan makna dan menyampaikan pesan kepada pendengar. Pendekatan semiotika Roland Barthes digunakan untuk mendekonstruksi simbol-simbol dalam lagu dan memahami konotasi serta denotasi yang terkandung di dalamnya.

Pendahuluan: "Bohemian Rhapsody" adalah salah satu lagu paling ikonik dari band rock Queen, dirilis pada tahun 1975. Lagu ini terkenal karena struktur musik yang kompleks dan lirik yang penuh teka-teki. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan makna simbolik yang terkandung dalam lagu ini melalui analisis semiotika, untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang pesan yang ingin disampaikan oleh penulis lagu, Freddie Mercury.

Metodologi: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika. Teori Roland Barthes tentang denotasi dan konotasi digunakan sebagai kerangka kerja untuk menganalisis lirik dan elemen musikal "Bohemian Rhapsody". Data diperoleh dari teks lirik, partitur musik, dan interpretasi visual dari video musik serta pertunjukan live.

Hasil dan Diskusi: Analisis menunjukkan bahwa "Bohemian Rhapsody" mengandung banyak lapisan makna yang disampaikan melalui simbol-simbol dalam lirik dan musiknya.

  1. Lirik:
    • Denotasi: Pada tingkat dasar, lirik lagu bercerita tentang seorang pria yang mengakui telah melakukan pembunuhan dan sedang menghadapi konsekuensi dari tindakannya.
    • Konotasi: Secara konotatif, lirik lagu mencerminkan perjuangan internal, rasa bersalah, dan pencarian identitas. Penggunaan istilah seperti "mama," "Galileo," dan "Beelzebub" menciptakan simbolisme religius dan kultural yang mendalam, yang mungkin mencerminkan pergolakan pribadi Freddie Mercury mengenai identitas dan seksualitasnya.
  2. Struktur Musik:
    • Intro: Dimulai dengan bagian a cappella yang tenang, memberikan kesan introspektif dan pribadi.
    • Ballad: Bagian ini menggambarkan pengakuan dosa dan perasaan bersalah yang mendalam, didukung oleh melodi piano yang melankolis.
    • Opera: Segmen ini penuh dengan simbolisme teatrikal dan religius, mencerminkan pergulatan batin dan konfrontasi moral.
    • Hard Rock: Bagian ini mengekspresikan kemarahan dan pemberontakan, memperkuat pesan emosional melalui distorsi gitar dan vokal yang kuat.
    • Outro: Kembali ke suasana tenang dan reflektif, menutup dengan nada penyesalan dan penerimaan.

Kesimpulan: "Bohemian Rhapsody" adalah karya musik yang kaya dengan simbolisme dan makna mendalam. Melalui analisis semiotika, penelitian ini menunjukkan bagaimana Queen berhasil menggabungkan elemen-elemen lirik dan musik untuk menyampaikan pesan yang kompleks dan emosional. Lagu ini tidak hanya menceritakan kisah seorang individu, tetapi juga mencerminkan pergulatan universal manusia dengan rasa bersalah, identitas, dan penebusan.


Jurnal 10

Judul Jurnal: "Semiotika Musik dalam Lagu 'We Will Rock You' Queen: Analisis Makna dan Representasi"

Penulis: Ahmad Fauzan

Abstrak: Penelitian ini menganalisis lagu "We Will Rock You" oleh Queen menggunakan pendekatan semiotika untuk memahami makna dan representasi yang terkandung di dalamnya. Melalui analisis elemen-elemen musik dan lirik, studi ini mengungkap bagaimana lagu ini menyampaikan pesan-pesan yang kuat dan membentuk identitas kolektif pendengarnya.

Pendahuluan: "We Will Rock You," dirilis oleh Queen pada tahun 1977, telah menjadi salah satu lagu rock yang paling ikonik. Lagu ini dikenal dengan ketukan ritmis yang sederhana namun kuat, serta lirik yang bersemangat. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi makna dan representasi dalam lagu ini melalui analisis semiotika, dengan fokus pada simbolisme yang terkandung dalam elemen-elemen musik dan liriknya.

Metodologi: Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini, dengan metode analisis semiotika berdasarkan teori Roland Barthes dan Ferdinand de Saussure. Data dikumpulkan melalui teks lirik lagu, serta analisis musikal dari aspek-aspek seperti melodi, harmoni, ritme, dan struktur. Studi ini juga mempertimbangkan konteks budaya dan sejarah saat lagu ini dirilis.

Hasil dan Diskusi: Analisis semiotika terhadap "We Will Rock You" mengungkap beberapa lapisan makna dan representasi:

  1. Ritme dan Ketukan:

    • Denotasi: Ketukan yang sederhana dan berulang ("stomp-stomp-clap") yang membentuk dasar lagu.
    • Konotasi: Menciptakan rasa kebersamaan dan semangat kolektif. Ketukan ini menyerupai suara mars atau yel-yel, yang sering digunakan dalam konteks olahraga atau unjuk rasa, memperkuat makna persatuan dan perjuangan.
  2. Lirik:

    • Denotasi: Narasi tentang individu yang berusaha melawan kesulitan dan bangkit untuk menang.
    • Konotasi: Menggambarkan tema pemberontakan dan kemenangan atas rintangan. Frasa seperti "We will, we will rock you" berfungsi sebagai mantra atau seruan perang, menanamkan semangat juang dan kepercayaan diri.
  3. Vokal dan Ekspresi:

    • Denotasi: Vokal yang kuat dan tegas dari Freddie Mercury.
    • Konotasi: Menekankan kekuatan dan determinasi. Gaya vokal yang dinamis menambah dimensi emosional pada lirik, meningkatkan dampak pesan yang disampaikan.
  4. Konteks Budaya:

    • Lagu ini dirilis pada akhir 1970-an, sebuah periode yang ditandai oleh perubahan sosial dan politik. Musik rock sering menjadi medium bagi ekspresi ketidakpuasan dan aspirasi masyarakat. "We Will Rock You" mencerminkan semangat zaman ini, menawarkan suara kepada mereka yang merasa tertindas atau diabaikan.

Kesimpulan: Melalui pendekatan semiotika, penelitian ini menunjukkan bahwa "We Will Rock You" oleh Queen lebih dari sekadar lagu rock yang energik; ia adalah simbol perlawanan dan solidaritas. Elemen-elemen musik dan lirik bekerja bersama untuk menciptakan makna yang kuat, menginspirasi pendengar dan memperkuat identitas kolektif mereka. Lagu ini tetap relevan karena kemampuannya untuk mengkomunikasikan emosi dan nilai-nilai universal yang melampaui batasan waktu dan tempat.


Jurnal 11

Judul Jurnal: "Semiotika Warna dalam Video Musik 'Formation' Beyoncé: Analisis Makna dan Simbolisme"

Penulis: Rara Dwi Lestari

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis semiotika warna dalam video musik "Formation" oleh Beyoncé. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, studi ini menguraikan makna dan simbolisme yang terkandung dalam penggunaan warna dalam konteks visual dari video musik tersebut. Analisis ini memberikan wawasan tentang bagaimana warna digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan budaya, politik, dan identitas dalam karya seni tersebut.

Pendahuluan: Video musik "Formation" oleh Beyoncé telah menjadi sorotan karena pesan-pesan yang kuat tentang identitas rasial, kebanggaan budaya, dan aktivisme politik. Salah satu aspek yang mempengaruhi pemirsa secara langsung adalah penggunaan warna dalam visualisasi video. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna dan simbolisme di balik pilihan warna dalam video ini melalui pendekatan semiotika.

Metode: Studi ini menggunakan metode analisis semiotika untuk memeriksa penggunaan warna dalam video musik "Formation". Warna-warna yang muncul di berbagai adegan dianalisis untuk mengidentifikasi makna denotatif (makna literal) dan konotatif (makna simbolis). Penelitian ini juga mengaitkan pemilihan warna dengan konteks budaya, sejarah, dan politik yang terkait dengan pesan-pesan yang disampaikan dalam video.

Hasil dan Diskusi: Analisis semiotika menunjukkan bahwa warna-warna yang digunakan dalam video musik "Formation" memiliki makna yang mendalam. Misalnya, warna hitam sering kali digunakan untuk mengekspresikan kekuatan, keberanian, dan kebanggaan budaya hitam. Di sisi lain, warna putih sering kali melambangkan kemurnian, keanggunan, dan kekuatan spiritual.

Selain itu, beberapa kombinasi warna, seperti warna merah dan hitam, atau warna emas dan ungu, juga memiliki makna simbolis yang kuat dalam konteks budaya dan sejarah. Penggunaan warna-warna ini dalam adegan-adegan kunci dalam video musik menggambarkan naratif yang kuat tentang identitas, ketahanan, dan kebanggaan etnis.

Kesimpulan: Studi ini menyoroti pentingnya analisis semiotika dalam memahami penggunaan warna dalam konteks visual, terutama dalam karya seni seperti video musik. Analisis semiotika warna dalam video musik "Formation" oleh Beyoncé mengungkapkan bagaimana penggunaan warna dapat menjadi sarana yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan budaya, politik, dan identitas kepada pemirsa.


Jurnal 12

Judul Jurnal: "Analisis Semiotika Makna Motivasi Lirik Lagu 'Cerita tentang Gunung dan Laut' Karya Payung Teduh"

Penulis: Syarifah Wardatul Fitri

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna motivasi dalam lirik lagu "Cerita tentang Gunung dan Laut" karya Payung Teduh menggunakan pendekatan semiotika. Melalui analisis mendalam terhadap teks lirik, penelitian ini mengeksplorasi bagaimana elemen-elemen semiotik digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan motivasi dan inspirasi kepada pendengar.

Pendahuluan: Payung Teduh adalah band indie Indonesia yang dikenal dengan lirik-lirik puitis dan musik yang menyentuh. Lagu "Cerita tentang Gunung dan Laut" merupakan salah satu karya mereka yang banyak mendapat apresiasi karena kedalaman makna yang terkandung dalam liriknya. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika untuk menguraikan makna motivasi dalam lirik lagu tersebut, serta memahami bagaimana lirik ini dapat menginspirasi dan memotivasi pendengar.

Metode: Pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika digunakan dalam penelitian ini. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes yang mencakup denotasi, konotasi, dan mitos. Lirik lagu dianalisis untuk mengidentifikasi simbol-simbol, metafora, dan elemen-elemen lain yang digunakan untuk menyampaikan pesan motivasi.

Hasil dan Diskusi: Analisis semiotika terhadap lirik lagu "Cerita tentang Gunung dan Laut" mengungkapkan beberapa lapisan makna motivasi. Berikut adalah beberapa temuan utama:

  1. Denotasi dan Konotasi:
    • Denotasi: Lirik-lirik dalam lagu ini menggambarkan perjalanan dan pengalaman di alam, dengan penggunaan simbol-simbol seperti gunung dan laut.
    • Konotasi: Gunung dan laut dalam lirik ini melambangkan tantangan hidup dan peluang besar. Pendakian gunung melambangkan usaha dan perjuangan, sedangkan laut menggambarkan ketenangan dan kebebasan yang dicapai setelah melalui tantangan.
  2. Metafora dan Simbolisme:
    • Metafora: Penggunaan metafora dalam lirik seperti "menggapai puncak tertinggi" melambangkan tujuan hidup yang tinggi dan pentingnya perjuangan untuk mencapainya.
    • Simbolisme: Gunung sebagai simbol keteguhan dan ketahanan, serta laut sebagai simbol ketenangan dan kedamaian, menciptakan gambaran yang kuat tentang motivasi dan aspirasi.
  3. Mitos:
    • Lirik lagu ini juga mengandung mitos-mitos tentang alam sebagai guru kehidupan, yang mengajarkan kebijaksanaan melalui pengalaman langsung di alam.

Kesimpulan: Lirik lagu "Cerita tentang Gunung dan Laut" karya Payung Teduh menyampaikan pesan-pesan motivasi yang kuat melalui penggunaan simbolisme dan metafora. Pendekatan semiotika membantu mengungkap lapisan-lapisan makna yang mendalam dalam lirik, yang tidak hanya menggambarkan keindahan alam tetapi juga memberikan inspirasi untuk menghadapi tantangan hidup dan mencapai tujuan. Lagu ini mengajarkan pentingnya keteguhan, perjuangan, dan pencarian kedamaian dalam perjalanan hidup.

 

Jurnal 13

Judul Jurnal: "Analisis Semiotika Lagu 'Aku Mengharapkan' Karya Tulus: Pesan Kekamaran dan Kekeluargaan"

Penulis: Triana Dewi

Abstrak: Penelitian ini menganalisis lagu "Aku Mengharapkan" karya Tulus menggunakan pendekatan semiotika untuk mengungkap pesan-pesan terkait kekamaran dan kekeluargaan. Melalui analisis lirik dan elemen musik, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menginterpretasikan simbol-simbol yang mencerminkan tema-tema tersebut, serta memahami bagaimana lagu ini menyampaikan pesan emosional kepada pendengarnya.

Pendahuluan: Tulus, sebagai salah satu penyanyi dan penulis lagu terkemuka di Indonesia, seringkali mengeksplorasi tema-tema yang mendalam dan emosional dalam karyanya. Lagu "Aku Mengharapkan" merupakan salah satu contoh di mana Tulus menyampaikan pesan-pesan terkait hubungan kekamaran dan kekeluargaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana elemen-elemen semiotik dalam lagu ini bekerja untuk menyampaikan pesan tersebut.

Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika. Data diperoleh melalui transkripsi lirik dan analisis elemen musik dari lagu "Aku Mengharapkan". Teori semiotika Roland Barthes digunakan untuk membedah denotasi (makna harfiah) dan konotasi (makna emosional dan budaya) dalam lirik dan musik. Selain itu, analisis juga mencakup simbol-simbol yang muncul dalam lagu dan video musik (jika ada).

Hasil dan Diskusi: Analisis lirik menunjukkan bahwa lagu "Aku Mengharapkan" menggunakan berbagai simbol untuk menyampaikan pesan kekamaran dan kekeluargaan. Misalnya, kata-kata seperti "rumah", "pelukan", dan "senyuman" berfungsi sebagai simbol dari kehangatan dan kebersamaan. Denotasi dari lirik ini menggambarkan keinginan untuk kembali ke tempat yang aman dan penuh cinta, sementara konotasinya mencerminkan kerinduan akan ikatan kekeluargaan yang kuat.

Dari segi musikal, penggunaan melodi yang lembut dan harmoni yang menenangkan turut memperkuat pesan emosional dari lirik. Instrumen-instrumen seperti piano dan gitar akustik menciptakan suasana intim dan personal, yang mendukung tema kekamaran dan kekeluargaan.

Pendekatan semiotika juga mengungkap bagaimana struktur lagu, termasuk pengulangan lirik tertentu, membantu menekankan pesan-pesan penting. Misalnya, pengulangan frasa "Aku mengharapkan" menegaskan kerinduan dan harapan yang mendalam akan kehangatan keluarga.

Kesimpulan: Lagu "Aku Mengharapkan" karya Tulus berhasil menyampaikan pesan kekamaran dan kekeluargaan melalui penggunaan simbol-simbol dalam lirik dan elemen musik. Pendekatan semiotika menunjukkan bahwa setiap elemen dalam lagu ini, dari kata-kata hingga melodi, bekerja sama untuk menciptakan pengalaman emosional yang kuat bagi pendengarnya. Penelitian ini menyoroti pentingnya analisis semiotika dalam memahami bagaimana musik dapat berfungsi sebagai medium untuk menyampaikan pesan-pesan kompleks dan emosional.


Jurnal 14

Judul Jurnal: "Analisis Semiotika Makna Sosial dalam Video Musik 'LALISA' BLACKPINK"

Penulis: Dian Purnama Sari

Abstrak: Penelitian ini menganalisis makna sosial yang terkandung dalam video musik "LALISA" oleh BLACKPINK menggunakan pendekatan semiotika. Melalui metode kualitatif, studi ini berupaya mengidentifikasi simbol-simbol visual dan tekstual yang digunakan dalam video tersebut serta bagaimana elemen-elemen ini mencerminkan dan menyampaikan pesan sosial kepada audiens.

Pendahuluan: "LALISA" adalah debut solo Lisa, salah satu anggota BLACKPINK, yang dirilis pada tahun 2021. Video musik ini tidak hanya menonjolkan kemampuan artistik dan kepribadian Lisa tetapi juga mengandung berbagai simbol dan pesan sosial yang relevan dengan konteks budaya dan sosial saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menggali makna-makna tersebut melalui analisis semiotika.

Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika untuk menganalisis video musik "LALISA". Teori semiotika Roland Barthes digunakan untuk mengidentifikasi dan menginterpretasikan denotasi dan konotasi dari elemen-elemen visual dan tekstual dalam video tersebut. Data dikumpulkan melalui pengamatan langsung terhadap video musik dan analisis literatur terkait.

Hasil dan Diskusi: Hasil analisis menunjukkan bahwa video musik "LALISA" sarat dengan simbolisme yang mencerminkan berbagai aspek makna sosial. Beberapa temuan utama adalah sebagai berikut:

  1. Identitas dan Kekuasaan: Video ini menampilkan Lisa dalam berbagai setelan dan lingkungan yang mencerminkan kekuatan dan dominasi. Pakaian dan aksesoris yang digunakan, seperti mahkota dan kostum tradisional Thailand, menekankan identitas budaya dan kekuasaan perempuan.

  2. Globalisasi dan Kebudayaan: Elemen-elemen visual seperti latar kota metropolitan dan penggunaan bahasa Inggris dalam lirik menyoroti tema globalisasi. Di sisi lain, referensi visual ke budaya Thailand menggarisbawahi pentingnya identitas budaya dalam konteks global.

  3. Pemberdayaan Perempuan: Lirik dan visual yang menonjolkan kekuatan, kemandirian, dan keberanian perempuan mencerminkan pesan pemberdayaan perempuan. Ini diperkuat oleh penampilan Lisa yang karismatik dan penuh percaya diri.

  4. Estetika dan Konsumerisme: Video ini juga menunjukkan aspek konsumerisme melalui visual yang mewah dan penuh gaya, mencerminkan dunia K-pop yang glamor dan materialistik.

Kesimpulan: Video musik "LALISA" oleh BLACKPINK menggunakan berbagai elemen semiotika untuk menyampaikan pesan sosial yang kompleks. Identitas, kekuasaan, globalisasi, pemberdayaan perempuan, dan estetika konsumerisme adalah beberapa tema utama yang diangkat melalui simbol-simbol visual dan tekstual. Analisis ini menunjukkan bagaimana video musik dapat menjadi media yang kuat untuk menyampaikan pesan sosial dan budaya.


Jurnal 15

Judul Jurnal: "Pesan Sosial dalam Lagu 'Hidup Tanpa Telpon' karya RAN: Analisis Semiotika"

Penulis: Putri Andini

Abstrak: Studi ini bertujuan untuk menganalisis pesan sosial yang terkandung dalam lagu "Hidup Tanpa Telpon" karya grup musik Indonesia RAN menggunakan pendekatan semiotika. Lagu ini dipilih karena tema yang relevan dengan kehidupan modern yang dipenuhi dengan teknologi. Analisis semiotika digunakan untuk mengidentifikasi simbol-simbol yang digunakan dalam lirik dan musik untuk menyampaikan pesan sosial yang tersembunyi.

Pendahuluan: Dalam era digital ini, penggunaan teknologi, terutama ponsel pintar, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Lagu "Hidup Tanpa Telpon" oleh RAN menyoroti masalah ketergantungan pada teknologi dan kebutuhan untuk menyadari dampaknya terhadap interaksi sosial dan kesejahteraan mental. Studi ini akan menggali lebih dalam pesan-pesan sosial yang terkandung dalam lirik dan musik lagu ini melalui analisis semiotika.

Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus pada analisis semiotika. Data dikumpulkan dari lirik lagu "Hidup Tanpa Telpon" dan elemen musik yang terkait. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi simbol-simbol linguistik dan musikal yang digunakan dalam lagu untuk menyampaikan pesan sosial. Pendekatan semiotika digunakan untuk memahami makna denotatif dan konotatif serta interpretasi simbol-simbol dalam konteks sosial.

Hasil dan Diskusi: Analisis semiotika menunjukkan bahwa lagu "Hidup Tanpa Telpon" menggunakan berbagai simbol dan metafora untuk menyampaikan pesan sosial tentang ketergantungan pada teknologi. Lirik-lirik seperti "Kesepian meski ramai, nyaman di keramaian" menyoroti ironi dari keterhubungan digital yang tidak memuaskan secara emosional. Selain itu, penggunaan metafora seperti "telpon jadi nafas hidup" mencerminkan ketergantungan yang mendalam pada perangkat elektronik.

Elemen musik juga digunakan secara strategis untuk memperkuat pesan sosial. Penggunaan nada minor dan aransemen musik yang lebih suram menciptakan suasana yang melankolis, mencerminkan ketidakpuasan yang terkait dengan ketergantungan pada teknologi.

Kesimpulan: Lagu "Hidup Tanpa Telpon" karya RAN adalah representasi yang kuat dari masalah ketergantungan pada teknologi dalam masyarakat modern. Analisis semiotika mengungkapkan cara lagu ini menggunakan simbol-simbol linguistik dan musikal untuk menyampaikan pesan sosial tentang pentingnya kesadaran akan dampak negatif dari ketergantungan pada perangkat elektronik. Melalui lirik dan musiknya, lagu ini mengajak pendengar untuk merenungkan dan mengambil tindakan terhadap masalah ini.


jurnal 16

Judul Jurnal: "Pengaruh Musik Rock Terhadap Perilaku Remaja: Analisis Semiotika"

Penulis: Ahmad Fauzan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh musik rock terhadap perilaku remaja menggunakan pendekatan analisis semiotika. Dengan menganalisis lirik, gaya musik, dan representasi visual dalam industri musik rock, penelitian ini mengeksplorasi bagaimana simbol-simbol dalam musik rock membentuk persepsi, nilai, dan perilaku remaja. Analisis semiotika digunakan untuk memahami bagaimana pesan-pesan dan simbolisme dalam musik rock dapat memengaruhi identitas dan perilaku remaja.

Pendahuluan: Musik rock telah menjadi bagian integral dari budaya remaja sejak pertengahan abad ke-20. Namun, ada kekhawatiran tentang bagaimana musik rock dapat mempengaruhi perilaku remaja, baik secara positif maupun negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh musik rock terhadap perilaku remaja dengan fokus pada analisis semiotika, yang memungkinkan pemahaman yang lebih dalam tentang makna dan simbolisme dalam musik rock.

Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika. Data dikumpulkan melalui analisis lirik lagu, gaya musik, serta visualisasi dalam video musik dan promosi. Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi simbol-simbol dan pesan-pesan yang terkandung dalam musik rock, serta bagaimana simbolisme ini dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku remaja.

Hasil dan Diskusi: Analisis semiotika terhadap musik rock mengungkapkan berbagai simbolisme dan pesan-pesan yang dapat memengaruhi perilaku remaja. Misalnya, lirik-lirik yang penuh emosi dan pemberontakan dapat menginspirasi perasaan kebebasan dan identitas yang kuat pada remaja. Namun, ada juga simbolisme yang dapat mempengaruhi perilaku negatif, seperti promosi kekerasan atau perilaku destruktif.

Selain lirik, gaya musik dalam musik rock juga memiliki pengaruh besar terhadap perilaku remaja. Penggunaan riff gitar yang kuat, ritme yang energik, dan vokal yang agresif dapat meningkatkan ketegangan emosional dan keinginan untuk berekspresi diri secara keras.

Visualisasi dalam video musik dan promosi juga memiliki dampak yang signifikan. Gambar-gambar yang digunakan dapat memperkuat pesan-pesan dalam lirik dan musik, serta membentuk citra yang diinginkan oleh industri musik rock.

Kesimpulan: Penelitian ini menyoroti pentingnya memahami pengaruh musik rock terhadap perilaku remaja melalui pendekatan analisis semiotika. Sementara musik rock dapat menjadi sumber inspirasi dan identitas bagi remaja, juga penting untuk memperhatikan potensi dampak negatifnya. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang simbolisme dalam musik rock, kita dapat mengembangkan pendekatan yang lebih bijaksana dalam menghadapi pengaruh musik terhadap perilaku remaja.


jurnal 17

Judul Jurnal: "Representasi Identitas dan Gerakan Sosial Dalam Musik Metal: Analisis Semiotika Lirik Lagu Slipknot"

Penulis: Dini Arista Sari

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi representasi identitas individu dan gerakan sosial dalam musik metal, dengan menggunakan lagu-lagu Slipknot sebagai studi kasus. Melalui pendekatan semiotika, penelitian ini menganalisis lirik-lirik lagu Slipknot untuk memahami bagaimana band ini merepresentasikan identitas subkultural dan mengartikulasikan isu-isu sosial melalui musik mereka.

Pendahuluan: Musik metal sering kali diidentifikasi dengan identitas subkultural yang kuat dan penggunaan lirik yang eksplisit dalam mengartikulasikan perasaan alienasi, kemarahan, dan ketidakpuasan sosial. Slipknot, sebagai salah satu band metal terkenal, terkenal dengan lirik-lirik yang provokatif dan pertunjukan panggung yang dramatis. Penelitian ini akan mengeksplorasi bagaimana lirik-lirik lagu Slipknot merepresentasikan identitas subkultural metal dan menggambarkan gerakan sosial dalam konteks musik metal.

Metodologi: Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika. Lirik-lirik dari berbagai lagu Slipknot dipilih untuk dianalisis secara mendalam. Pendekatan semiotika digunakan untuk membedah denotasi dan konotasi dalam lirik-lirik, serta untuk mengidentifikasi simbol-simbol dan metafora yang digunakan untuk merepresentasikan identitas dan isu-isu sosial.

Hasil dan Diskusi: Analisis semiotika terhadap lirik-lirik lagu Slipknot mengungkapkan representasi yang kuat tentang identitas subkultural metal dan isu-isu sosial yang relevan. Lirik-lirik yang penuh dengan kemarahan, frustasi, dan pemberontakan mencerminkan perasaan alienasi dan ketidakpuasan terhadap masyarakat. Denotasi dari lirik-lirik seperti "I push my fingers into my eyes" dari lagu "Duality" menciptakan gambaran fisik dari ketidaknyamanan dan tekanan, sementara konotasinya menggambarkan perjuangan dengan kebingungan dan penderitaan batin.

Simbol-simbol yang digunakan dalam lirik-lirik, seperti topeng, api, dan angka-angka tertentu, membantu menyampaikan pesan-pesan kompleks tentang identitas subkultural dan isu-isu sosial. Metafora yang digunakan dalam lirik juga memberikan kedalaman makna yang menggugah pemikiran tentang kondisi manusia dan masyarakat modern.

Kesimpulan: Lagu-lagu Slipknot menyajikan representasi yang kuat tentang identitas subkultural metal dan mengartikulasikan isu-isu sosial melalui lirik-lirik yang provokatif dan musik yang intens. Analisis semiotika membantu dalam memahami bagaimana simbolisme dan metafora digunakan untuk merepresentasikan identitas dan gerakan sosial dalam konteks musik metal. Penelitian ini menyoroti pentingnya musik metal sebagai medium ekspresi budaya dan sosial.


jurnal 18

Judul Jurnal: "Pesan Moral dan Kritik Sosial dalam Lagu 'War Pigs' Black Sabbath: Analisis Semiotika"

Penulis: Putri Andini

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pesan moral dan kritik sosial yang terkandung dalam lirik lagu "War Pigs" oleh Black Sabbath menggunakan pendekatan semiotika. Melalui pendekatan ini, kita mengeksplorasi bagaimana simbol-simbol, metafora, dan narasi dalam lirik menyampaikan pesan moral tentang perang dan kritik terhadap kekuasaan politik dan militer.

Pendahuluan: "War Pigs" oleh Black Sabbath adalah salah satu lagu yang dianggap sebagai karya klasik dalam genre heavy metal. Liriknya mengandung tema-tema perang, korupsi politik, dan ketidakadilan sosial. Penelitian ini akan menguraikan pesan moral yang tersirat dalam lirik lagu ini dan bagaimana pesan tersebut diterjemahkan melalui pendekatan semiotika.

Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus pada analisis semiotika. Lirik lagu "War Pigs" dipecah menjadi elemen-elemen seperti simbol, metafora, dan narasi. Kemudian, makna denotatif dan konotatif dari elemen-elemen ini dipelajari untuk memahami pesan moral yang tersirat dan kritik sosial yang disampaikan dalam lagu.

Hasil dan Diskusi: Analisis semiotika menunjukkan bahwa lirik "War Pigs" menciptakan gambaran yang kuat tentang korupsi dan kekejaman dalam konteks perang. Metafora seperti "Generals gathered in their masses, just like witches at black masses" menyiratkan penggambaran kekuatan militer yang manipulatif dan destruktif. Selain itu, lirik-lirik seperti "Politicians hide themselves away, they only started the war" mengkritik keengganan para pemimpin untuk bertanggung jawab atas konsekuensi perang yang mereka mulai.

Pendekatan semiotika memungkinkan kita untuk melihat bagaimana lirik lagu "War Pigs" mengkomunikasikan pesan moral tentang kekerasan dan korupsi yang terkait dengan perang, serta mengkritik elit politik dan militer yang memperpanjang konflik demi kepentingan pribadi.

Kesimpulan: "War Pigs" oleh Black Sabbath adalah contoh yang kuat dari bagaimana musik dapat digunakan sebagai medium untuk menyampaikan pesan moral dan kritik sosial. Analisis semiotika membantu dalam memahami kompleksitas lirik lagu ini dan bagaimana mereka menciptakan makna yang mendalam tentang ketidakadilan sosial dan kekerasan perang.


Jurnal 19

Judul Jurnal: "Analisis Semiotika Makna Sosial dalam Video Musik 'Batalion Fairwell' Karya Slayer"

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna sosial yang terkandung dalam video musik "Batalion Fairwell" oleh band thrash metal legendaris Slayer. Melalui pendekatan semiotika, analisis ini mengeksplorasi bagaimana simbol-simbol visual, naratif, dan musikal dalam video musik merepresentasikan dan mengkomunikasikan pesan-pesan sosial tertentu kepada penonton. Dengan memperhatikan konteks budaya dan sejarah band, penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang naratif visual dalam karya seni tersebut.

Pendahuluan: Slayer, sebagai salah satu band pionir dalam genre thrash metal, dikenal dengan lirik-liriknya yang kontroversial dan video musik yang provokatif. Video musik "Batalion Fairwell" tidak terkecuali, dengan narasi yang gelap dan simbol-simbol yang kuat. Penelitian ini akan menguraikan makna-makna sosial yang tersembunyi dalam video musik tersebut, dengan menggunakan pendekatan semiotika untuk mengungkap pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

Metode: Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus pada analisis semiotika. Video musik "Batalion Fairwell" dianalisis secara mendalam untuk mengidentifikasi simbol-simbol visual, naratif, dan musikal yang digunakan dalam penyampaian pesan sosial. Data dianalisis dengan memperhatikan konteks budaya dan sejarah band Slayer, serta interpretasi penonton terhadap video musik tersebut.

Hasil dan Diskusi: Analisis semiotika mengungkapkan berbagai simbol dan motif dalam video musik "Batalion Fairwell" yang menggambarkan tema-tema seperti kekerasan, dehumanisasi, dan konflik. Simbol-simbol seperti senjata, darah, dan kegelapan digunakan untuk menciptakan atmosfer yang gelap dan menegangkan, sementara naratif visual menggambarkan penderitaan dan kehancuran. Musik yang mengiringi video musik juga memperkuat pesan-pesan yang disampaikan, dengan riff gitar yang keras dan vokal yang menggelegar.

Diskusi melibatkan interpretasi makna-makna sosial yang terkandung dalam video musik tersebut. Dengan memperhatikan konteks budaya dan sejarah band, penelitian ini mengidentifikasi pesan-pesan tentang kekerasan, ketidakadilan, dan dehumanisasi yang tersirat dalam karya seni ini. Penonton dipersiapkan untuk mempertimbangkan dampak sosial dari kekerasan dan konflik yang digambarkan dalam video musik tersebut.

Kesimpulan: Video musik "Batalion Fairwell" oleh Slayer merupakan contoh yang kuat dari penggunaan semiotika dalam menyampaikan pesan-pesan sosial melalui seni visual dan musik. Analisis semiotika membantu dalam memahami makna-makna tersembunyi dan pesan-pesan yang disampaikan kepada penonton. Penelitian ini memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana karya seni dapat mempengaruhi persepsi sosial dan budaya.


Jurnal 20

Judul Jurnal: "Analisis Semiotika Makna Lagu 'Master of Puppets' Metallica: Pesan Ketergantungan dan Kontrol"

Penulis: Fitriani

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna dalam lirik lagu "Master of Puppets" oleh Metallica menggunakan pendekatan semiotika. Melalui analisis denotatif dan konotatif, serta pemeriksaan simbolisme dan metafora, penelitian ini mengeksplorasi pesan tersembunyi tentang ketergantungan dan kontrol yang tersirat dalam lagu tersebut.

Pendahuluan: "Master of Puppets" adalah salah satu lagu ikonik Metallica yang terkenal dengan lirik-liriknya yang gelap dan musik yang kuat. Lagu ini telah menjadi subjek interpretasi yang beragam, tetapi jarang dianalisis secara mendalam dari perspektif semiotika. Penelitian ini akan mengisi kesenjangan tersebut dengan membongkar makna-makna tersembunyi di balik lirik "Master of Puppets" menggunakan kerangka teori semiotika.

Metode: Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika. Lirik lagu "Master of Puppets" dipelajari secara mendalam untuk mengidentifikasi makna denotatif (makna harfiah) dan konotatif (makna simbolis). Selain itu, simbolisme visual dan metafora dalam lirik juga dianalisis untuk memahami pesan yang tersirat tentang ketergantungan dan kontrol.

Hasil dan Diskusi: Analisis semiotika menemukan bahwa lirik "Master of Puppets" menciptakan gambaran tentang ketergantungan dan kontrol yang kuat. Denotasi dari lirik seperti "Taste me, you will see, more is all you need, dedicated to how I'm killing you" mengacu pada pengalaman kecanduan dan kehilangan kendali. Konotasinya mencerminkan perasaan terjebak dalam lingkaran kecanduan dan manipulasi.

Simbolisme visual seperti "master" dan "puppets" menyiratkan hubungan kuasa antara manipulator dan korban, di mana yang terakhir menjadi "bone" atau "strings" yang dikendalikan oleh kekuatan luar. Metafora tentang "chop your breakfast on a mirror" dan "needlework the way, never you betray" menggambarkan penggunaan obat terlarang sebagai alat untuk memperbudak dan mengendalikan individu.

Kesimpulan: Lagu "Master of Puppets" oleh Metallica menyampaikan pesan yang kompleks tentang ketergantungan dan kontrol melalui lirik-lirik yang gelap dan atmosfer musik yang intens. Analisis semiotika mengungkapkan makna denotatif dan konotatif dalam lagu ini, serta simbolisme yang digunakan untuk menyampaikan pesan tentang manipulasi dan kekuasaan. Penelitian ini memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana musik dapat menjadi medium untuk refleksi tentang isu-isu sosial dan psikologis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Semiotika Roland Barthes pada Cover Album Led Zeppelin – "Led Zeppelin IV"

Analisis Semiotika Rolland Bards Pada Lagu "One More Light" Linkin Park