ANALIS FILM THE GREATEST SHOWMAN

 PENDAHULUAN

"The Greatest Showman" adalah film musikal tahun 2017 yang mengisahkan perjalanan hidup Phineas Taylor Barnum, seorang pengusaha pertunjukan ambisius dan penuh imajinasi. Film ini memikat hati penonton dengan lagu-lagu yang catchy, visual yang memukau, dan cerita tentang mimpi, keberanian, dan penerimaan. Di balik gemerlapnya pertunjukan dan melodi yang indah, "The Greatest Showman" menyimpan pesan-pesan mendalam tentang realitas kehidupan, keraguan diri, dan pencarian jati diri.

Analisis ini akan menyelami berbagai aspek film "The Greatest Showman", mulai dari plot cerita, karakter, pesan moral, hingga kaitannya dengan realitas kehidupan. Kita akan menjelajahi bagaimana film ini menghadirkan tema-tema seperti ambisi, perbedaan, dan penerimaan diri dengan cara yang menghibur dan menyentuh hati.

Alasan Memilih Film "The Greatest Showman" untuk Analisis

Salah satu alasan utama saya memilih film "The Greatest Showman" untuk analisis adalah karena film ini secara unik menggabungkan unsur hiburan dan pesan moral yang kompleks. Di satu sisi, film ini adalah sebuah musikal yang penuh dengan musik yang catchy, tarian energik, dan visual yang memukau. Hal ini membuat film ini menghibur dan menyenangkan untuk ditonton. Di sisi lain, film ini juga mengangkat tema-tema penting seperti mimpi, ambisi, penerimaan diri, dan perjuangan melawan stigma. Tema-tema ini dikemas dalam cerita yang relatable dan emosional, yang membuat penonton terikat dengan karakter dan pesan film.

Keterkaitan dengan Pengalaman Hidup

"The Greatest Showman" memiliki banyak pesan yang dapat dihubungkan dengan pengalaman hidup banyak orang. Kita semua pernah memiliki mimpi yang ingin diraih, menghadapi rintangan dan keraguan, dan mencari tempat di mana kita dapat diterima apa adanya. Film ini juga mengingatkan kita bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang istimewa untuk ditawarkan, dan bahwa perbedaan harus dirayakan, bukan dikucilkan.

 ANALISIS FILM THE GREATEST SHOWMAN

pada awal cerita mengisahkan tentang sosok pemeran utama bernama P. T.  Barnum yang mempunyai seorang kekasih bernama Charity dan sedang dilanda mempunyai harapan harapan besar untuk dirinya di masa depan. 

Mereka berdua berhubungan melalui surat pada saat kecil sampai bertemu akhirnya di masa dewasa. Mereka menikah dan mempounyai dua orang anak. Hidup mereka penuh dengan kebahagiaan dengan kesederhanaannya, akan tetapi karena Barnum menginginkan hal lebih dari dirinya dan selalu merasa kurang hingga akhirnya dia berambisi untuk mewujudkan mimpinya itu.

Pada awal mulanya Barnum dipecat dari perusahaan lama karena bangkrut, ia yang meminjam uang untuk membeli sebuah museum. Sayangnya penjualan tiket tersebut tidak sesuai denga napa yang diinginkan Barnum. 

Lalu ia memiliki ide untuk membuat sebuah pertunjukkan sirkus, ia mencari kesana kemari para pemain yang berbakat dan unik. Hingga ada saat dimana konflik dengan sang istri muncul. Setelah lama berusaha untuk mencari cara agar pertunjukannya berhasil, pada akhirnya pertunjukkan tersebut dikenal di seluruh dunia

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kreativitas dan bakat yang terkandung dalam film

Dalam film The Greatest Showman, kita bisa melihat bagaimana sang sutradara ingin menampilkan sisi terbaik yang tidak dirasakan atau diketahui orang-orang. Contohnya dalam scene dimana mereka yang sangat keterbatasan, entah itu karena fisik, mental, ataupun materil, tetapi mereka punya sisi lain dari bakat itu sendiri. 

Saya rasa sang sutradara ingin menunjukkan bahwa kuasa Tuhan itu sangat Ajaib dan indah. Kita tidak boleh asal men-judge orang atas dasar apa yang hanya kita lihat. 

Seperti halnya mereka yang memainkan sirkus. Pada awalnya mereka dicaci maki oleh penonton karena fisik yang tidak sempurna. Akan tetapi kita lihat pada akhirnya mereka berhasil membuat semua penonton merasa menikmati pertunjukkan tersebut hingga memberikan apresiasi yang luar biasa.

2. Semiotika yang terpampang

Pada salah satu scene dimana tokoh protagonis mengucapkan salah satu kalimat kepada Barnum yaitu " cepat atau lambat ia akan muak dnegan hidupmu yang miskin". 

Pada scene ini diinterpretasikan d=sebagai kata-kata yang menyakiti hati tetapi juga sebagai penyemangat hidup bahwa Barnum bisa membuktikan dirinya pantas untuk anaknya yaitu Charity. 

Lalu pada scene dimana para penduduk setempat melakukan protes kepada barnum karena melakukan pertunjukkan yang seisinya merupakan pemain berpenampilan buruk. interpretasi dalam scene ini juga tentu sebagai penyemangat kembali, dimana bisa kita artikan jangan pernah menilai seseorang hanya dari penampilannya saja dan jangan memandang sebelah mata. Karena pada akhirnya bisa dibuktikan dengan pertunjukkan mereka yang sukses.

3.Dukungan dari sekitar yang membuat Barnum sukses

Di tengah-tengah adegan, Barnum hampir menyerah karena ternyata membuat pertunjukkan tidaklah semudah itu, ditambah ia bertengkar soal hal ini dengan istrinya. Itu membuatnya semakin berfikir bagaimana hidupnya setelah kegagalan tersebut. 

Tetapi para pemain yang dibawa oleh Barnum tetap meyakinkannya untuk terus berusaha. Adakalanya juga para pemain yang down dan diyakinkan oleh Barnum. 

Mereka saling menguatkan satu sama lain untuk terus berproses dan jangan menyerah. Hingga pada akhirnya mereka sendiri lah yang membuat pertunjukkan tersebut sukses dikenal di seluruh dunia dengan gaya khas dan keunikan nya sendiri.

Pesan moral yang terkandung dalam film ini pertama jangan merendahkan orang lain, kedua kita harus terus percaya akan proses, jangan gampang menyerah, ketiga kita harus percaya juga orang orang yang ada di sekitar kita, dan yang terakhir harus terus berprogres apapun yang terjadi.

Tekstual:

beberapa dialog dalam film the greatest showman yang menurut saya sangat menginspirasi dan memotivasi

1. "This is me" - Lettie Lutz:

"This is me, let the world see me. This is my truth, tell the world it's true. I'm not perfect, but I'm learning how to love me."

Dialog ini diucapkan oleh Lettie Lutz, seorang trapesis berbakat yang ingin bebas dari stigma dan mengejar mimpinya. Kata-kata ini penuh dengan tekad dan keberanian, dan menjadi pengingat bahwa kita harus berani menunjukkan diri kita yang sebenarnya kepada dunia, tanpa rasa malu atau ragu.

 2. "The greatest show on earth" - P.T. Barnum:

"We're gonna take the world by storm. We're gonna show the world what it means to be different. We're gonna make the greatest show on earth!"

Dialog ini diucapkan oleh P.T. Barnum, pendiri sirkus yang ambisius. Kata-kata ini penuh dengan semangat dan optimisme, dan menjadi pengingat bahwa kita harus berani meraih mimpi besar dan tidak pernah menyerah.

 3. "Rewrite the stars" - Jenny Lind dan P.T. Barnum:

"The world can change, it can shift and it can move. And I'll rewrite the stars above."

Dialog ini diucapkan oleh Jenny Lind, seorang penyanyi terkenal, dan P.T. Barnum. Kata-kata ini penuh dengan harapan dan keyakinan, dan menjadi pengingat bahwa kita memiliki kekuatan untuk mengubah nasib dan mengejar mimpi kita, bahkan jika tampaknya mustahil.

 4. "Tightrope" - Lettie Lutz:

"I'm not afraid to fall. I'm just afraid of never trying."

Dialog ini diucapkan oleh Lettie Lutz saat dia bersiap untuk melakukan pertunjukan trapesis yang berbahaya. Kata-kata ini penuh dengan keberanian dan tekad, dan menjadi pengingat bahwa kita harus berani mengambil risiko dan keluar dari zona nyaman untuk mencapai tujuan kita.

Lirik Lagu:

Lirik lagu dalam film ini, seperti "Rewrite the Stars" dan "A Million Dreams", menyampaikan pesan tentang mengejar mimpi, menemukan rasa percaya diri, dan merayakan perbedaan.

Elemen Visual:

1. Kostum dan Tata Rias:

  • Warna-warni dan Unik: Kostum para "freak" didominasi warna-warna cerah dan desain yang mencolok. Hal ini menarik perhatian penonton dan membuat mereka tampak bersinar, berbeda dari keramaian biasa. Ini bisa diartikan sebagai perayaan keunikan dan pemberontakan terhadap standar kecantikan.
  • Transformasi Visual: Tata rias yang unik pada para "freak" berfungsi sebagai representasi visual dari perbedaan mereka. Namun, seiring berjalannya film, mereka mulai tampil dengan gaya yang lebih natural. Ini bisa dilihat sebagai simbol penerimaan diri dan kepercayaan diri yang semakin tumbuh.
  • Kontras dengan P.T. Barnum: P.T. Barnum biasanya berpakaian dengan gaya formal dan warna-warna yang lebih gelap. Hal ini menciptakan kontras visual dan bisa diinterpretasikan sebagai representasi dari dunianya yang "normal" dan ambisinya yang terkadang melampaui batas.

2. Sinematografi dan Editing:

  • Gerakan Kamera yang Dinamis: Penggunaan kamera yang dinamis, terutama saat adegan pertunjukan, membuat penonton seolah-olah ikut terlibat dalam keramaian dan kemegahan sirkus. Hal ini menambah energi dan semangat dalam film.
  • Cahaya dan Bayangan: Penggunaan cahaya yang terang dan kontras bayangan yang kuat menciptakan suasana dramatis. Cahaya terang biasanya digunakan pada adegan-adegan pertunjukan dan mimpi, sedangkan bayangan digunakan untuk menggambarkan perjuangan dan rintangan para "freak"

3. Setting tempat:

  • Dunia Sirkus yang Fantastis: Setting sirkus yang penuh warna, tenda-tenda yang mencolok, dan dekorasi yang berlebihan menciptakan dunia fantasi yang kontras dengan realitas kehidupan para "freak". Hal ini bisa diinterpretasikan sebagai pelarian atau bentuk eksploitasi terhadap perbedaan mereka.
  • Ruang Publik dan Ruang Privat: Film ini seringkali membandingkan ruang publik yang ramai dan penuh sorotan lampu sorot dengan ruang privat yang lebih gelap dan intim. Hal ini bisa dilihat sebagai kontras antara dunia pertunjukan yang penuh pencitraan dan kehidupan nyata para "freak" yang penuh perjuangan.

4. Simbolisme:

  • Warna: Warna-warna cerah seperti merah dan kuning mendominasi film, melambangkan kegembiraan, kreativitas, dan mimpi. Sedangkan warna-warna gelap seperti hitam dan biru bisa diartikan sebagai kesedihan, rintangan, dan realitas pahit.
  • Topi Tinggi P.T. Barnum: Topi tinggi P.T. Barnum bisa dilihat sebagai simbol ambisi dan kekuasaan. Semakin tinggi ia meraih kesuksesan, semakin tinggi pula topinya. Namun, topi ini juga bisa diartikan sebagai bentuk ilusi dan pencitraan yang menutupi realitas yang sebenarnya.

Karakter:

P.T. Barnum: Tokoh utama yang ambisius dan visioner, namun juga manipulatif dan berorientasi pada keuntungan.

Lettie Lutz: Seorang trapesis berbakat yang ingin bebas dari stigma dan mengejar mimpinya.

The Bearded Lady: Seorang wanita yang kuat dan anggun yang belajar untuk mencintai dirinya sendiri apa adanya.

Saudara Siam: Dua saudara yang tidak terpisahkan yang menghadapi diskriminasi dan berusaha untuk hidup normal.

Tema:

Ambisi: Film ini mengeksplorasi sisi positif dan negatif dari ambisi. P.T. Barnum menunjukkan bahwa ambisi dapat menjadi kekuatan pendorong yang luar biasa, namun juga dapat menjerumuskan seseorang ke dalam tindakan yang tidak etis.

Perbedaan: Film ini merayakan perbedaan dan mendorong penerimaan diri. Para "freak" dalam film ini menunjukkan bahwa mereka memiliki bakat dan kemampuan yang luar biasa, meskipun mereka berbeda dari orang lain.

Penerimaan Diri: Film ini menunjukkan pentingnya menerima diri sendiri apa adanya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Para "freak" dalam film ini belajar untuk mencintai diri mereka sendiri dan tidak peduli dengan pendapat orang lain.

Mengejar Mimpi: Film ini mendorong penonton untuk mengejar mimpi mereka dan tidak pernah menyerah. P.T. Barnum dan para "freak" dalam film ini menunjukkan bahwa dengan kerja keras dan tekad, apa pun bisa diraih.

Konteks:

Film ini dibuat pada tahun 2017, di tengah pergerakan Black Lives Matter dan meningkatnya kesadaran tentang masalah kesetaraan ras dan sosial. Film ini dapat dilihat sebagai komentar tentang stigma dan diskriminasi yang dihadapi oleh kelompok-kelompok minoritas. Film ini juga dapat dilihat sebagai kisah inspiratif tentang bagaimana individu dapat mengatasi rintangan dan mencapai kesuksesan.

KESIMPULAN

Film The Greatest Showman merupakan salah satu film yang sangat menarik dan juga banyak hal yang dapat diulas dari film ini. Film The Greatest Showman merupakan film bergenre drama musikal yang menjadi salah satu film terlaris musikal sepanjang masa. Film ini berceritakan tentang perjungan seorang pemuda dalam menggapai mimpi dan bagaimana cara ia menghadapi segala macam rintangan yang ada. Di dalam film ini juga terdapat berbagai macam pelajaran dalam kehidupan yang dapat di contoh pada kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil dari analisis, kesimpulan yang diperolah dari film The Greatest showman sangatlah baik dan Pesan moral yang dapat dilihat melalui tanda seperti dialog maupun penampilan pada gambar dari film tersebut. Pesan moral yang terdapat dari film ini dianataranya, Jangan merendahkan orang lan, Saling menolong, Cinta perlu perjuangan, Membahagiakan keluarga yang utama, Jangan dengarkan orang yang membenci kita, Keserakahan membawa kegagalan, Kita adalah orang yang berharga dan kreativitas adalah hal yang penting. Dari film ini kita dapat belajar agar tidak terlalu hanyut dalam kesuksesan dan jangan terlalu terobsesi untuk mengejar ambisi karena hanya akan menghancurkan segala sesuatu yang telah dibangun dari awal.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Semiotika Roland Barthes pada Cover Album Led Zeppelin – "Led Zeppelin IV"

LITERATURE REVIEW 20 JURNAL

Analisis Semiotika Rolland Bards Pada Lagu "One More Light" Linkin Park